-->

Notification

×

Iklan

Delegasi ASEAN Tertarik Pola KPH NTB Mataram

Tuesday, May 23, 2017 | Tuesday, May 23, 2017 WIB | 0 Views Last Updated 2017-05-23T13:35:47Z




Mataram, Garda Asakota.-

          Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin, SH., M.Si, membuka 13th Asean Working Group on Forest Management (AWG-FM) di Hotel Sheraton Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, Selasa, (23/5). Dalam forum ini para delegasi dari negara-negara  Asean  yang terdiri dari para ahli kebijakan kehutanan Internasional tersebut, menyoroti pola pengelolaan hutan NTB melalui Kesatuan Pengelolaan  Hutan (KPH), yang dinilai sangat berhasil. KPH adalah membangun hutan negara dengan konsep pengelolaan berbasis teritorial/kawasan berbasis administratif agribisnis atau berbasis komoditas. Pola ini dinilai mampu memberi ruang dan kesempatan bagi para pemangku kepentingan agar dapat memperoleh manfaat secara optimal dari hutan dengan tetap menjaga kelestariannya.

           Menurut Karo Humas Pemprov NTB, H. Yusron Hadi, saat membuka forum kelompok kerja kehutanan tingkat Asean tersebut, Wagub menyampaikan selamat datang dan ucapan terima kasih kepada seluruh delegasi dari 10 negara yang telah hadir di NTB. Ia berharap  dengan diadakannya kelompok kerja Asean untuk pengelolaan Hutan (AWG-FM) di Sheraton Senggigi  akan memberikan dampak positif terhadap pengelolaan hutan di NTB dan dunia pada umumnya.

          Wagub menjelaskan Provinsi NTB saat ini telah membentuk 11 unit KPH yang mencakup kawasan hutan seluas 898.087,43 Ha, terbagi menjadi 449.141,35 Ha hutan lindung dan 448.946.08 Ha hutan produksi. Hal tersebut sesuai dengan keputusan Menteri Kehutanan Nomor 337 tahun 2009. Selain itu, ada juga hutan konservasi dalam bentuk Taman Nasional dan KPH Konservasi, dengan seluas 173.636,40 Ha, total kawasan hutan di Provinsi NTB sekitar 1.071.722,83 Ha.

         “NTB merupakan yang terdepan dan maju dalam pengelolaan KPH di Indonesia,” paparnya.  Menurutnya sistem KPH memiliki kelebihan, karena lebih fokus dan menjurus ke urusan inti hutan. “KPH di NTB mampu dijalankan dengan baik, melibatkan pemangku kepentingan hutan, penegakan hukum dalam memberantas pembalakan liar, penyelesaian konflik tenurial, membangun kemitraan produktif dengan masyarakat yang telah diinternalisasi ke dalam program pengelolaan KPH”, kata Wagub.

          Wagub mengakui bahwa, sektor kehutanan adalah sektor yang cukup rumit, terdapat banyak pemangku kepentingan dan kebijakan. Sementara cakupannya sangat luas dan tersebar sedemikian rupa, sehingga dibutuhkan sinergitas dalam pengelolaan hutan, tegasnya.   Untuk itu, Wagub menaruh harapan besar dengan dipilihnya Provinsi NTB sebagai tempat pelaksanaan 13th Asean Working Group on Forest Management, akan mampu menghasilkan terobosan-terobosan baru dari para ahli kehutanan internasional khususnya regulasi yang berkaitan dengan reformasi tata kelola hutan di wilayah Asean, harapnya. (GA. IAG*)
×
Berita Terbaru Update