-->

Notification

×

Iklan

MEMBERANTAS KORUPSI MORAL UNTUK MASA DEPAN GENERASI BANGSA

Sunday, April 23, 2017 | Sunday, April 23, 2017 WIB | 0 Views Last Updated 2017-04-23T12:23:36Z
Suciana Usmasari
Dewasa ini, seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi yang semakin maju, pendidikan moral di Indonesia mengalami kemunduran. Merosotnya moral tidak akan tejadi tanpa adanya yang memengaruhi. Salah satunya kemajuan ilmu teknologi yang semakin canggih dengan harapan dapat berdampak positif. Namun lebih lazim mengarah ke hal yang negatif, contohnya terjadi pemerkosaan dan pembunuhan yang sampai saat ini telah menjadi masalah sosial yang belum bisa dituntaskan. Selain itu, akhlak yang dimiliki anak juga semakin menurun.
         Hal ini bisa saja ditimbulkan oleh budaya barat dan pergaulan anak dengan teman sebayanya tanpa adanya batasan dari orang tua.
Dalam dunia pendidikan, seringkali terjadi penyimpangan moral remaja. Penyimpangan tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab orang tua, namun juga tanggung jawab pendidik di sekolah. Penyimpangan moral acapkali terjadi pada anak yang masih duduk di bangku SMP dan SMA. Hal ini memang lebih dominan terjadi di perkotaan, namun di pedesaan juga tidak menutup kemungkinan untuk terhindar dari penyimpangan moral. Penyimpangan tersebut bisa saja timbul yang dari fashion, gaya rambut, casing handphone, cara makan, hingga cara bertutur kata yang lebih sering menggunakan “loe gue” daripada “aku atau saya dan kamu”.

          Bahkan kata “loe gue” mereka ucapkan saat berbicara dengan orang yang lebih tua. Padahal dalam budaya timur, adab berbicara dengan orang yang lebih tua hendaknya bersikap sopan. Pendidikan moral tidak hanya dapat dilakukan melalui ceramah atau khotbah ataupun cerita semata, melainkan juga pembelajaran di Sekolah.  Lingkungan sosial yang kondusif dapat memunculkan tindakan-tindakan moral yang sangat diperlukan dalam pembelajaran moral. Tindakan moral merupakan kemampuan dalam melakukan suatu keputusan dan perasaan moral ke dalam perilaku-perilaku nyata.
Tindakan menyimpang yang sering menjadi tradisi dalam dunia pendidikan yaitu saat tryout, bahkan UN juga. Perilaku menyimpang tersebut contohnya seperti beberapa siswa yang membeli kunci jawaban menjelang UN. Tujuannya memang agar bisa mengisi soal-soal dengan mudah. Tidak hanya itu, hal yang lebih miris ketika guru ikut  memberikan bocoran kunci jawaban, meskipun tujuannya agar bisa membantu siswa, tetap saja hal itu tidak seharusnya dilakukan guru.

          Padahal guru dituntut agar dapat mengajarkan nilai-nilai yang baik kepada siswa, bukannya malah mengajarkan dan menjerumuskan siswa ke hal yang negatif. Oleh sebab itu, dalam mengatasi problem ini, peran orang tua sangat dibutuhkan sebagai penunjang untuk mendorong perkembangan moral anak. Selain itu, peran guru yang bertanggung jawab juga penting untuk mendidik siswa ke arah yang positif.

          Salah satu cara dalam mendidik moral yaitu seperti yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Jawa Pos Radar Malang yaitu dengan menggelar Tryout Kejujuran yang bekerja sama dengan Primagama pada Senin (6/3) dan diikuti oleh 31.008 siswa-siswi dari 257 SMP/MTs se-Malang Raya. Dalam tryout tersebut, siswa-siswi mengerjakan soal diberbagai tempat, tanpa adanya guru yang memantau dan proses tersebut berjalan dengan kondusif. Salah satu siswa XI SMPN 5 yang bernama Aisyah Putri Amanda mengaku bahwa soal dalam tryout kejujuran itu lebih sulit dan waktunya pendek. Akan tetapi, hal ini sangat diminati oleh siswa-siswi. Lazimnya memang ketika tryout di sekolah-sekolah daerah lain harus dipantau oleh guru, agar tidak adanya penyimpangan yang terjadi. Berbeda dengan yang dilakukan oleh 257 SMP/MTs se-Malang Raya tersebut. Hal ini tidak hanya melatih kecerdasan siswa, akan tetapi juga mendidik moralnya yaitu dari segi kejujuran.
Tryout tersebut sangat memberikan dampak positif bagi siswa-siswi, meskipun sulit untuk mengerjakannya.

           Namun siswa-siswi tetap berusaha agar dapat mengerjakan soal-soal yang diberikan. Hal yang diutamakan bukan hanya berkaitan dengan kognitif, melainkan juga afektif. Selain itu, juga mengajarkan siswa sejak dini agar tidak berbuat korupsi. Dengan demikian, dari tryout tersebut diharapkan bisa memberi inpirasi bagi sekolah di daerah lainnya, bukan hanya pada tingkat SMP tetapi juga SMA. Tryout tersebut bisa juga diterapkan pada proses belajar mengajar, yaitu dengan membiarkan siswa-siswi mengerjakan soal latihan tanpa adanya guru yang mendampingi, meskipun demikian guru tetap memantau dengan cctv, jikalau memang hal itu baru pernah dilaksanakan. Terlebih lagi, untuk meniadakan perilaku buruk siswa dalam membeli kunci jawaban UN. Hal ini termasuk salah satu cara untuk menumbuhkan dan mempertahankan nilai afektif serta kognitif dan kelak bisa menjadikan anak sebagai generasi muda yang mampu membanggakan bangsa Indonesia. Dengan demikian, apabila siswa sudah memiliki nilai kejujuran, secara spontan dalam kesehariannya akan ada rasa takut pada dirinya untuk berbuat hal buruk dan akan terbiasa dengan bertutur kata yang baik serta bertingkah laku sopan, baik dengan orang tua maupun sebaya.

          Perkembangan moral pada anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, peran guru maupun orang tua sangat penting dan dibutuhkan sebagai penunjang dalam mendidik moral anak untuk menumbuh, membentuk dan mempertahankan karakternya. Sebenarnya, pendidikan moral khususnya nilai kejujuran pada anak harus diterapkan sejak usia dini, agar kelak anak menjadi pribadi yang cerdas dan memiliki rasa hormat dalam kehidupannya. Selain itu, tryout kejujuran ini juga mengajarkan kepada anak untuk menanamkan sifat anti korupsi.*Mahasiswa Bima, Jurusan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Malang.

   

×
Berita Terbaru Update