-->

Notification

×

Iklan

Al-Quran Diabaikan, Tunggu Kehancuran

Sunday, March 26, 2017 | Sunday, March 26, 2017 WIB | 0 Views Last Updated 2017-03-26T11:00:38Z
Kota Bima, Garda Asakota.-
Hancurnya suatu negeri akibat dari orang-orang yang hidup mewah dan para pembesar negeri itu durhaka kepada Allah SWT. Inilah salah satu point penting khutbah Jumat yang disampaikan Ustadz Hairuddin, S.Pdi, di Masjid Al-Istiqamah Jatiwangi Asakota Kota Bima, Jumat (24/3). Saat itu, Ustadz menyinggung adanya  empat penyebab yang membawa kehancuran dan mendatangkan Azab Allah SWT dalam hidup dan kehidupan kita. Pertama adalah ketika Al-Quran tidak kita jadikan sebagai pedoman dan petunjuk karena selama ini yang sering terjadi adalah manusia cenderung mengikuti keinginan hati dan hawa nafsunya.
 "Kita selalu mengikuti hawa nafsu kita, cenderung hidup mewah. Dan para pembesar negeri itu durhaka kepada Allah SW," jelas Hairuddin, S.Pdi, saat mengisi Khutbah Jumat di Mesjid Al-Istiqamah Jatiwangi Asakota Kota Bima. Wakil rektor III di Sekolah Tinggi Agama Islam Muhamadiyah (STAIM) Bima ini menggambarkan bagaimana kondisi  kehidupan bermasyarakat sekarang yang penuh dengan kedzoliman. "Lihatlah berbagai persoalan yang terjadi sekarang yang diakibatkan karena semakin jauhnya nilai-nilai kandungan Al-Quran sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia dalam menjalani kehidupan dunia padahal secara Nasional Islam di Indonesia adalah mayoritas.
Firman-Nya. "Dan orang-orang yang mendustakan ayat ayat kami yang tidak menjadikan Al-Quran sebagai petunjuk dan pedoman bagi mereka dalam kehidupan mereka maka kami akan siksa mereka, kami binasakan mereka dengan cara yang mereka tidak mengetahuinya. Maka kami siksa mereka akibat dari perbuatan mereka yang jauh dari nilai-nilai Al-Quran".
Penyebab yang kedua, kata dia adalah konflik internal muslim yang berkepanjangan. Lihat saja di keseharian kita begitu banyak kejadian kejadian atau konflik besar yang terjadi berawal dari masalah sepele yang seharusnya bisa diselesaikan dengan cara cara yang baik sesuai dengan ajaran agama kita. Padahal muslim yang satu dengan muslim yang lain diibaratkan seperti sebuah bangunan kokoh yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. "Begitu gampangnya konflik itu terjadi," imbuhnya.
Penyebab ketiga adalah Hubbuduniya atau terlalu cinta dunia. Lihatlah sekarang bagaimana kita berlomba-lomba bahkan antusias hadir dalam acara-acara pesta bahkan dengan pakaian terbaik yang kita miliki sementara ketika ada kegiatan kegiatan ke-Agamaan hanya sedikit yang hadir bahkan ironisnya sudah datang terlambat pulang lebih awal.,Rasulullah telah besabda "Demi Allah bukan kefakiran atau kemiskinan yang aku khawatirkan untuk umatku tapi terbentangnya kesenangan dunia bagi mereka maka mereka saling menghancurkan tanpa peduli ajaran agama mereka. Oleh karenanya saya mengajak kepada kita semua untuk tidak terlena dalam kesenangan dunia yang sesaat," ajaknya.
Lalu penyebab keempat adalah Umat Islam tidak lagi merasa bangga menjadi orang Islam karena umat Islam telah kehilangan figur teladan.Sesungguhnya Indonesia miskin bukan disebabkan oleh krisis ekonomi atau krisis politik tapi disebabkan oleh krisis keteladanan pemimpin. Pemimpin sudah tidak lagi menjadi teladan yang baik bagi rakyatnya, guru sudah tidak lagi menjadi teladan yang baik bagi muridnya begitupun orang tua sudah tidak lagi menjadi teladan yang baik buat anak-anaknya maka ketika krisis keteladanan ini ada di tengah tengah kehidupan kita maka ancaman kehancuran akan selalu menyertainya. "Oleh karenanya saya mengajak kepada kita semua agar dapat menjadi teladan bagi diri serta orang lain," pungkasnya. (GA. Tony*)
×
Berita Terbaru Update