-->

Notification

×

Iklan

H. Syafru Sukses, Bila Mengembalikan Passion Al-Quran

Friday, February 21, 2014 | Friday, February 21, 2014 WIB | 0 Views Last Updated 2014-02-21T04:23:37Z


Mataram, Garda Asakota.-
Kendati terbilang sing­­kat, masa kepe­mim­pinan Bupati Bi­ma, Drs. H. Syaf­ruddin HM. Nur, M.Pd, bakal dikenang sejarah bila bisa mengemba­li­kan passion atau energi Al-quran dengan cara mengevaluasi kembali hubungan yang har­monis dengan Alquran, yang memang sudah menunjukkan gejala menjauh dari masyarakat Bima. Indikasinya tampak dari kultus invidu pada diri pemimpin, menyikapi jabatan sebagai secara berlebihan baik kala naik apalagi turun serta praktik seks bebas, penggunaan miras dan narkoba yang kian akut di kalangan kaum muda. Demikian rangkuman wawancara dengan Muslimin Hamzah, kritikus sejarah Bima di Mataram, Rabu (17/2).
Menurut dia, implementasinya dari menguatkan kembali hubungan yang harmo­nis dengan Alquran itu antara lain dengan memunculkan rasa cinta Alquran lewat program hafal Alquran one day ane ayat (satu hari satu ayat) di kalangan pejabat dan pelajar/mahasiswa. Selama ini gerakan Membumikan Alquran sudah dilakukan lewat khataman massal serta MTQ antar pejabat.
Nah, kata Muslimin menguatkan kembali hubungan ini tidak sekadar seremoni  karena nyatanya ada pejabat yang “nekad” mengaji Alquran dengan membaca huruf latinnya. Begitu pun pelajar, nyatanya menurut seorang tim penilai dari provinsi ada pelajar di Bima yang tidak mampu menghafal Surat Fatihah ketika dites ulang usai wisuda khataman.
Langkah ini perlu ditempuh, menurut Musli­min karena Bima saat ini kehilangan keberkahan sebagai daerah Islami akibat wabah demoralisasi pejabat serta degradasi akhlak kaum muda. Sebagai obat, Alquran bisa menjadi solusi untuk menyembuhkan aneka penyakit sosial yang merebak di Bima saat ini. Gelombang demoralisasi pejabat yang akut ditandai dengan korupsi serta cinta harta dan jabatan yang berlebihan akan terus mengancam. Sementara kerusa­kan moral kaum muda tampak dari kian tingginya penggunaan narkoba dan miras serta seks bebas. Jika ini dibiarkan, penulis buku Gajah Mada itu yakin, “Bima akan kehilangan generasi unggul, kalah jauh dari daerah lain di Indonesia”.
Di mata pengkritik sejarah Bima itu menilai usaha Membumikan Alquran tidak sekadar jargon tapi dalam arti yang sebenar-benarnya dengan menetapkan jumlah hafalan dalam hitungan juz bagi lulusan SD, SMP dan SMK/SMK/MTS. Untuk aparatur pun tidak sekadar MTQ antarpejabat tapi diharus menghafal sekian juz untuk setiap kenaikan jabatan. Muslimin Hamzah yakin Bupati H Syafruddin bakal mampu mewujudkan hal itu karena Bima punya modal spiritual sebagai daerah Islami yang punya riwayat panjang dalam sejarah.
Tentu tidak berhenti di situ tapi melang­kah ke visi yang jauh lebih agung yakni men­ciptakan Bima sebagai kabupaten Qurani dengan mencetak dalam setahun ini minimal 100 hafidz atau penghafal Alquran.
Sebagai gambaran, kata putra Silaini, Lombok saat ini punya hampir 1 juta peng­hafal Alquran dan sekitar 1000 kandidat doktor Islam untuk aneka keahlian seperti ekonomi Syariah, tafsir, fikih serta hadis yang tersebar di perguruan-perguruan tinggi Islam bergengsi di Timur Tengah hingga Afrika seperti di Universitas Al Azhar di Mesir, Universitas King Saud Mekah serta Madinah, Yordania, Syria, Sudan, Iran, Irak, Kuwait serta Uni Emirat Arab.
Muslimin mengingatkan penglaman Bima era terdahulu ketika Sultan M. Salahuddin mengirim santri-santri terbaik Bima ke Mekah di abad ke-20 dengan biaya kesultanan. Generasi Qurani gelombang pertama itu terbukti mampu melakukan reformasi sosial dan pendidikan bahkan ekonomi di Bima hingga daerah ini pernah jaya. Di era sekarang, katanya, dengan infra­s­truktur yang bagus, uang pemerintah yang tersedia, hal itu akan mampu dila­kukan untuk mengirim generasi Qurani, sebut saja gelombang kedua, ke perguruan tinggi terbaik di Timur Tengah. Seperti kecenderungan ekonomi Syariah dengan munculnya bank-bank Syariah di Tanah Air, Bima seperti bukan bagian dari dinamika itu. Nah, untuk menyongsong era syariah sekarang, Muslimin menilai perlu lapisan generasi muda yang jago dalam hal ini. Begitu pun kecenderungan fikih sosial yang sangat dinamis, orang Bima juag seperti jauh tertinggal dari fenomena tersebut.
Muslimin menyarankan, untuk langkah pertama Bupati H Syafruddin bisa mem­berikan beasiswa 10-50 orang pelajar/santri ke Timur Tengah. Jumlah itu bisa bertambah dari tahun ke tahun sesuai dengan kemam­puan daerah. “Saya yakin, meskipun ter­bilang singkat, kepemimpinan H. Syaf­ruddin  mampu melakukan lompatan kuan­tum mengembangkan sumber daya manusia khususnya kaum muda. Faktanya Bima kini miskin generasi unggul. Dalam kompetisi IPA, secara keseluruhan Bima selalu kalah dari Lombok dan Sumbawa”. 
Lebih dari itu, menurut Muslimin Ham­zah, H. Safru sendiri harus menunjukkan integritas dengan mengedepankan akhlak Islami. Dalam mengangkat pejabat misalnya bukan karena faktor kedekatan semata tapi mengedepankan merit atau kecakapan atau kualitas. Untuk balas jasa pada tim sukses misalnya, berikan kesempatan pada dia selama enam bulan. Jika tidak berprestasi, copot dia.   Hilangkan dendam, sak wasangka serta laporan ABS orang-orang dekat karena hal itu cenderung membutakan dan menghancurkan.
Bima juga kini mengalami krisis kete­ladanan. Muslimin berharap Bupati Syafru pun kiranya mampu memberi keteladaan dalam sikap dan perilaku, tidak terjebak kesalahan masa lalu cenderung dikultus, dihormati berlebihan seolah-olah didewa-dewakan dengan pejabat yang mengekor ke mana-mana, kemudian hanya mengurus proyek dan kepentingan diri serta keluarga. Kata Muslimin, “Kalau mau selamat dan berkah, hindari proyek. Berikan kepada sekitar 900 pemborong dan kontraktor di Bima yang mati suri selama ini karena hanya dikerjakan oleh penguasa serta keluar­­ ganya,” tandas Muslimin. (GA. Imam*)
×
Berita Terbaru Update