-->

Notification

×

Iklan

Sungguh Liciknya Bersilat Lidah

Wednesday, November 21, 2012 | Wednesday, November 21, 2012 WIB | 0 Views Last Updated 2012-11-21T04:25:00Z
Oleh: Rafika,S.Pd
Bagaimana pergolakan konflik batin ketika segalanya dipertontonkan dan disodorkan dengan agenda yang membingungkan,sarat bua¬lan, dan benar-benar tidak objektif ? Haruskah kita merespon dengan luapan kegembiraan yang didramatisir dan dipolitisir ! Haruskah kita hanya menganggap¬nya sebagai hal yang wajar-wajar saja ? Harus¬kah kita menganggapnya sebagai retorika yang kadaluarsa ?
Haruskah kita senantiasa pesimis ? Batin senantiasa mengaduh dengan demo¬nya yang benar-benar anarkis. Jiwa tersayat, menangis, dan mengeluh dengan meratapi wacana yang kian menggila. Semua saling berorasi dengan melemparkan segala macam fenomena. Tragis dan arogan senantiasa disodorkan ketika memaparkan dilema. Apa yang dipentaskan membuat semuanya nyeri, memar dan merongrong jiwa yang tengah berkabung. Benar-benar apa yang dijabarkan tidak mewakili pluralis yang menjadi impian semua jiwa dan hati.Benar-benar diluar prediksi subjektif. Sungguh fantastis sehingga penonton sedikit terlena dan terkesima dengan buaian dan iming-iming yang menggiurkan. Siapa saja akan bersedia menyimak, tergugah, dan terhenyak ! Jurus-jurus pamungkas miliknya Don Juan dan Bruce Lee pun melengkapi opini yang dinarasikan. Siapakah budak kepentingan pribadi Ialah binatang yang meminum air kencingnya sendiri, Orang harus melemparkan batu ke tengkuknya Agar tak berdusta ia, Emha Ainun Najib Dalam puisi Ditanyakan Kepadanya. Semuanya mengadu karena kesakitan dan terhipnotis seketika…. Ya pengaduan dan rata¬pan yang salah sasaran,kesasar, dan salah alamat. Sesungguhnya semua yang tertuturkan menjadi dilema lembaga yang sudah terbaca dan tercium oleh publik. Tidak perlu diekspos dan dipublikasikan dengan anarkis. Kini segala-galanya telah terurai tanpa perlu dikumandang¬kan dengan tergesa. Karena yang dibungkus dan disembunyikan, dengan sendirinya telah terlebih dahulu diketahui,dibuka, diforumkan dan terdeteksi oleh komunitas. Kita harus mengakui kebenaran meskipun pahit, daripada kebohongan yang terlampau manis. Jika kita benar-benar bisa memahami persoalan, jawabannya akan datang sendiri, sebab jawaban tidak pernah terpisahkan dari persoalan, Jiddu Krishnamurti (1895-1986) filsuf India. Ada permasalahan pasti telah tersedia dan menunggu dengan penyelesaiannya. Haruskah semuanya dibiarkan merdeka, melenggang, dan menggigit hati dan hari yang tertindas. Segala-galanya benar-benar tertekan dan mendera. Hati dibiarkan tertipu, terpedaya, dan sangsi oleh kecongkakan yang benar-benar feodal. Kediktatoran benar-benar menjadi kom¬pas penentu dan menemu arah. Ketika kelicikan itu mencapai klimaks, akan entenglah memutar¬balikan perkataan, memelintir masalah, curang, dan culas. Begitu mulusnya mempimpong, membelenggu dan mendera semuanya. Yang terjadi kini seolah-olah hanya ada dalam genggaman sang tokoh dan antek-antek. Ketika digenggam semuanya tidak ada yang berani berkutik dan malah telah mati kutu. Walau ribuan satire telah dilemparkan, namun sepertinya tidak memiliki value dan tidak disimak sama sekali . Semuanya telah dianggap sebagai intermezo pelepas lelah, hanya anekdot pelipur lara, dan tidak urgen sama sekali. Se-Sarkas apapun dilema, hanya akan menjadi cerita picisan di emperan loakan. Ya… tak akan berarti sama sekali, ketika tidak ada bekingan dari pihak-pihak antagonis dan tirtagonis. Yang aman adalah nunut dan mengekor ke segala arah ! Karena siapa tahu kebagian fortuna dan job. Tidak ada yang abadi dan istimewa ketika segalanya pintas dan menggusur prestasi pihak lain. Apapun yang menjadi hajat, selarasnya dilewati dengan aturan, prosedur, dan meng¬hormati hak sesama. Tetapi ketika itu terlaksana dan tergapai, azab dan rongrongan akan senan¬tiasa menguntit ketika kita melenggang. Keda¬maian menjadi mimpi yang senantiasa mustahil menjadi nyata, tetapi sebaliknya kehan¬curan akan senantiasa mendera dan mencambuk kita menjadi pesakitan. Akhirnya apa yang terjadi ? Terjadilah kenisbian yang membawa petaka dan kesialan yang senantiasa merajam. Merampas kewenangan dan mengobral janji untuk misi yang terlarang akan memupuk tindakan lebih sadis ketika semuanya terangkum.Apa yang menjadi target akan dikejar untuk mengembalikan segala macam bentuk yang terkikis. Kikisan itu malah akan berlipat ganda dan rakus demi mencapai tingkatan yang telah terbuang. Tetapi lucunya semua itu malah menjadi ode pada setiap moment yang bergengsi. Bukan lagi mantra yang disembunyikan dibalik jampi-jampi sang pawang, tetapi merupakan nyanyian yang didendangkan setiap saat. Mengapa harus malu, karena semuanya sudah menkonklusikan itu sah-sah saja. Tidak akan pernah terjadi cemoohan, malah rasa bangga yang dipayungi oleh responsip sang karakter. Akankah semuanya terlindungi ketika suatu saat terpeleset ? Akankah dianggap hero ketika nantinya basah kuyup dan menggigil ? Akankah kita memiliki lisensi ?Atau malah akan lebih dikucilkan dan didikte ?Berperilaku jujur memang sulit. Namun, bukan berarti tidak mungkin dilakukan, Mahatma Gandhi (1869-1948).Seseorang akan menjadi bijaksana ketika dia mulai menghitung sedalam apa kira-kira kebodohannya, Gian Carlo Menotti (1911-2007) komposer Italia kelahiran Amerika Serikat. Karenanya itu jangan mau dibodohi dan dijadikan tumbal oleh semua permasalahan. Yang terbaik adalah menjadi penonton yang patuh, loyal, dukung, dan diam seribu bahasa. Tidak perlu menjadi resensator dilema karena hasil resensi tersebut tidak akan pernah diapresiasi dan mampu bersaing dipasaran , atau malah akan menjadi materi guyonan yang asik dimeja orasi. Kita semua tahu yang mahal dan murah akan terwakili dari etiket harga. Yang murah jelas akan mempengaruhi kualitas barangnya. Tetapi tidak semua barang murah mutunya dikuatirkan.Dan tidak semua barang bagus kualitasnya terjamin. Begitu juga dengan personal, yang utama adalah yang bagus mutunya, jujur, dan tidak doyan korup. Semoga kita semua menjadi orang-orang yang amanah, Amin. Pemerhati Pendidikan dan Budaya Aktif di SMA Negeri I Bolo
×
Berita Terbaru Update