-->

Notification

×

Iklan

Melalui Ibadah Qurban, Tingkatkan Semangat Ketakwaan dan Silaturrahmi Diantara Kita

Wednesday, November 7, 2012 | Wednesday, November 07, 2012 WIB | 0 Views Last Updated 2012-11-07T04:09:03Z
Oleh: H. Ahmad, S. Ag
ALLAHU AKBAR 3X Walillahilhamdu. Sidang id yang dirahmati dan dimuliakan Allah SWT. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, dzat yang Maha Rahman dan Maha Rahim, semoga sifat rahman dan rahimnya senantiasa menghiasi ketaatan, kepatuhan, kesetiaan dan kebersamaan. Kita di pagi hari yang Mubarak ini. Pagi hari ini tanggal 10 Zulhijahh 1433 H, yang bertepatan dengan hari Jumat tanggal 26 Oktober 2012 M, kaum muslimin dan muslimat di seluruh penjuru dunia melaksanakan dua hari raya sekaligus: pertama melaksanakan hari raya Idul Adha sebagai tanda kesetiaan dan kepatu¬han kepad Allah, yang dilanjutkan dengan penyem¬belihan hewan kurban, yang dagingnya disalurkan kepada fakir miskin. Kemudian yang kedua melaksanakan sholat jumat
sebagai hari raya pekanan bagi kaum muslimin dan muslimat, sebagaimana sabda Nabi INNAL YAUMAL JUMATA HIJJUL FUQARO WAYAU MUHA IDUL MASAKIN. Sesungguhnya hari Jumat itu adalah hari hajinya bagi para fukara dan hari rayanya bagi orang-orang miskin. (HR, Muslim) Ibadah kurban adalah salah satu bentuk ibadah mahdah yang dianjurkan Allah Ajja wajala kepada hamba-hambanya yang beriman dan memaknai sekaligus mensikapi Al-Kautsar-Nya Allah SWT. Dr. Yusuf Qardawi dalam bukunya yang berjudul “Al-ibadah fil Islam” menjelaskan tentang pengertian Al-Kautsar-nya Allah dengan rincian makna sebagai berikut: Pertama, al-katusar bermakna sumber mata air samawi yang paling suci berupa karunia dan hikmah yang tidak terbatas. Kedua, al-kausar bermakna segala rahmat dan kebaikan yang bersumber dari Allah. Ketiga, al-kausar menga¬dung pengertian kearifan yang luas, kekuatan rohani yang paripurna dan wawasan yang teramat dalam. Sehingga tidak mudah ter¬pengaruh dengan isu-isu yang meneyesatkan, seperti yang sedang diisukan di daerah kita akhir-akhir ini, apakah itu isu penculikan, isu sara, isu dukun santet, dan isu-isu lainya, yang kesemuanya itu mengarah kepada gangguan KAMTIBMAS di daerah kita dan disharmanisai/ketidak harmonisan diantara kita, bahkan telah menelan korban jiwa sia-sia disebabkan karena kebiadaban termakan oleh isu penculikan anak dan penjualan organ tubuh manusia melalui SMS yang bersifat provokatif lagi menyesatkan itu, sungguh disesalkan hal ini terjadi di daerah Bumi Gora yang terkenal religius ini. Keempat, al-katusar mengandung penger¬tian kecerdasan spiritual, yang berpadu dengan kecerdasan intelektual dan moral yakni pribadi yang santun dan beradab bukan pribadi yang brutal, anarkis dan main hakim sendiri. Kelima, al-katusar mengandung pengertian nama sumur Rasulullah SWA dalam surga yang dipersem¬bah-kan khusus kepada hamba-hamba mukmin yang memiliki kepekaan social kepada sesama, melalui media kurban. Keenam, al-kautsar mengandung pengertian sifat arrahman dan arra¬himnya Allah yang dikaruniakan kepada hamba-hamba mukmin untuk disifati dan dibiasakan kepada sesama, saling asah, asih dan asuh, bukan saling gasak, gesok, gosok dan gossip serta sengaja mengisukan hal-hal yang menyesatkan orang banyak. Ketuju, al-katusar mengandung pengertian nikmat yang paling banyak yang telah diberikan Allah kepada semua makhluknya yang wajib disyukuri. Dalam mensikapi al-kausar-Nya Allah SWT, maka hamba-hamba mukmin secra khusus disebut oleh Allah untuk melaksanakan 2 (dua) perintah utama yaitu: perintah menegakkan sholat, dan kedua perintah berkurban sebagai¬mana peryataan Allah dalm surat al-Kautsar ayat 1 s/d 3 : Artinya: sesunguhnya kami telah member nikmat yang banyak kepadamu, maka sholatlah dan berkurbanlah. Setiap Idul Adha tiba, kita diingatkan kepada 2 peristiwa penting yaitu: ibadah kurban dan ibadah haji. Kedua ibadah tersebut mengandung hikmah yang sangat besar dalam kehidupan umat manusia yang mau berfikir dari mana kita datang, dimana kita sekarang berada dan akan kemana kita menuju, serta untuk apa kita diciptakan. Itulah inti dari prosesi pelaksanaan wukuf yang dilakukan oleh jutaan kaumm muslimin dan muslimat pada tanggal 9 Djulhijah di Padang Arafah kemarin. Mereka di arahkan mengenal Allah untuk ditaati, mengenal diri untuk direnungi keberadaannya, mengenal manusia untuk disantuni dan dikasihi, dan mengenal alam ini untuk dikelola dan di tata dengan sebaik-baiknya. Seperti yang dijelakan di awal khutbah tadi bahwa nuansa idul adha senantiasaa diwarnai oleh dua peristiwa akabar yang sangat menggugah perhatian kaum muslimin dan muslimat seluruh dunia, kedua peristiwa tersebut: Pertama kegiatan ibadah haji di Mekkah al-Mukarramah, tanpa diundang atau dipaksa berjuta umat Islam datang dari berbagai penjuru dunia berkumpul di Mekkah dalam Susana damai dan bersahabat, mereka berjamaah dalam beribadah dengan segala manasiknya, bersatu dengan niat yang sama, melaksanakan prosesi haji dan umroh dengan gerakan dan alur yang sama, memakai pakaian yang sama, yakni pakaian ikhram dan melantunkan bacaan yang sama yakni kalimat talbiyah, ternyata pelajaran yang bisa kita ambil dari amalan spiritual haji dan umrah: pertama, sikap keikhlasan dalam beramal, kedua sikap kesamaan dan kebersamaan, bahwa manusia sama di sisi Allah, yang membedakan hanyalah derajat ketakwaannya. Ketiga ketawaduan dalam bersikap dan berahlak, baik kepada Allah SWT, maupun kepada sesama manusia. Kedua, pada hari, kita diingatkan pula kepada drama kehidupan dalam bentuk percontohan yang sungguh luar biasa yang diperankan oleh 3 figur manusia pilihan, yaitu figurenabi Ibrahim as, sebagai seorang ayah yang arif dan bijak, figur Siti Hajar sebagai seorang ibu yang sangat ulet dan sabar, serta figur nabi Ismail as, sebagai seorang anak yang sangat patuh dan pasrah kepada perintah Allah SWT. Itulah drama kehidupan yang amat menumental dalam sejarah kemanusiaan, di dalamnya terungkap keridhoan seorang ibu dalam berkurban, keikhlasan dan ketulusan seorang anak dalam berkurban kepada Allah, serta ketawakalan seorang ayah dalam menjunjung tinggi perintah Allah SWT. Ketika detik-detik pengorbanan yang dramatis itu berlangsung, terjadilah dialog antara Ibrahim dan putranya Ismail, yang sangat menggugah hati dan perasaan, sebagai contoh kuatnya iman dan takwa mereka kepada Allah SWT, sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam surat Asshofat ayat 102. maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “wahai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah bagaimana pendapatmu wahai anakku” sang anak menjawab: “wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu ayah; InsyaAllah ayah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. *(QS. Assofat:102) Begitu mengharukan proses pengorbanan itu, terlebih lagi ketika Ismail dengan penuh tawakal memohon kepada ayahnya: “wahai ayah! Ikatlah kaki dan tangan saya kuat-kuat, agar gelepar tubuh saya tidak membuat ayah bimbang. Telungkupkan tubuh saya sehingga muka menghadap ke tanah, supaya ayah tidak melihat wajah saya. Wahai ayah! Jagalah darahku jangan sampai memerciki pakaian ayah karena bisa menyebabkan perasaan ayah iba kepada saya, sehingga akan mengurangi pahala ayah. Dan asahlah pisau itu tajam-tajam ayah, agar proses penyembelihan saya berjalan dengan lancer. Wahai ayah! Baju saya yang berlumur darah nanti, bawalah pulang dan serahkan pada ibunda tercinta, samapaikan salam takdim saya, ayah kepada ibunda tercinta, semoga beliau sabar menerima ujian ini. Setelah dialog haru yang sangat menakjubkan antara sang ayah dan sang anak itu berlangsung maka spontan Allah mengatakan: Maka tatkala keduanya telah berserah diri, dan Ibrahim telah merebahkan Ismail, meletakkan pipinya di atas tanah. Lalu kami memanggil ia “wahai Ibrahim, telah engkau turuti perintah itu! Demikianlah, kami akan membalas orang-orang yang berbuat baik. Ketahuilah, bahwa perintah ini hanyalah ujian yang nyata”. (QS. As Shafat) Tokoh nabi Ibrahim as sebagai ayah seyog¬yanya dijadikan contoh oleh para ayah masa kini, dia mencintai anak dan istrinya. Namun cintanya kepada Allah melebihi cintanya kepada anak dan istrinya. Beliau adalah profil suami yang sangat ikhlas, adil, bijaksana, jujur, sabar, ulet, tawakal penuh mahabbbah bertanggung jawab, pemurah, disiplin serta pribadi yang amanah. Siti Hajar seorang ibu teladan sejati sepaptutnya dijadikan contoh oleh ibu-ibu dijhaman sekarang, dia adalah profil wanita solehah, sangat taat kepada Allah, patuh kepada suami, arif dan bijaksana kepada anak-anaknya, maupun menjaga kehormatan dirinya serta mampu menjaga kehormatan dan harta suaminya. Sedangkan profil Ismail adalah sosok remaja yang sangat taat kepada allah dan kedua orang tuanya nyang harus dijadikan contoh oleh remaja dan pemuda di jaman sekarang. Syaikhul Islam ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan makna qurban dalam bukunya yang berjudul :at-tasawuf fil islam, bahwa ibadah kurban mengandung makna yang sangat dah¬syat bagi hamba mukmin. Beliau menjelas¬kan antara makna kurban dengan begitu jelas, mu¬dah dipahami, serta praktis untuk disikapi: Kurban bermakna: dzabhan min sifhati syaithon. Yaitu: proses penyembelihan sifat-sifat, tabiat dan perilaku syaitoniyah yang kembali melekat dalam diri kita pasca idul fitri 2 bulan yang lalu. Ketiga tabiat syaithoniyah yang harus kita tinggal¬ kan, yaitu pertama sikap aba (enggan mengerj¬akan sholat, enggan berzakat, enggan berhaji, enggan berpuasa, enggan berkurban, enggan bersilaturrahim, enggan mengaji). Kedua sikap wastakbara yakni sikap keangku¬han, kesom¬bongan dan kepongahan baik kepada allah maupun kepada sesama manusia. Ibadah kur¬ban mengikis sikap sombong, angkuh dan takabur yang masih melekat pada setiap pribadi muslim. “tidak akan masuk surga orang-orang yang di dalam hatinya masih terdapat sifat som¬bong, walaupun sebesar dzarrah” . ketiga sikap AL BAGDHO (kebencian kepada sesama) dan AL ADAWAH (permusuhan terhadap sesama). Inilah tiga sifat dasar syaithon yang harus kita korbankan dan buang jauh-jauh melalui ibadah kurban yang sedang kita laksanakan di pagi hari ini. Yang kedua makna kurban mene¬rut ibnu Taimiyah: Kuraban bermakna dzabhan min sifhatil bahimiyah. Mengandung pengertian proses penyembelihan sifat-sifat karakter dan tabiyat al bahimiyah (kebinatangan), sehingga dalam al-islam symbol kurban yang harus disembelih adalah hewan atau binatang. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat hewani, tabiat-tabiat kebinatangan serta perilaku al bahimiyah harus ditinhggalkan oleh hamba-hamba mukmin yang berkurban. Ada tiga sifat hewani yang harus kita tinggalkan. Pertama sifat Qillatul haya’ yaitu sifat tidak ada rasa malunya dalam melak¬sa¬nakan kemaksiatan kepada allah. Kedua sifat tamak, rakus, serakah serta hubbudduniyah terlalu cinta dunia dan melupakan akhirat. Ketiga sifat buas, kejam dan beringas kepada sesama. Inilah 3 sifat dasar al-bahimiyah yang harus kita buang jauh-jauh melalui proises penyembelihan dan pengorbanan, di pagi hari yang Mubarak ini. Ibadah kurban mengandung pengertian proses penyembelihan terhadap karakter al amara bissu (sifat kecenderungan kepada yang jahat dan menyesatkan) yang masih melekat dalam pribadi umat islam, seperti sikap mengadu domba, suka menyebar isu-isu yang tidak benar, bertindak brutal, menghakimi orang tanpa prose¬dur hokum, dan cenderung bersikap anarkis, semoga kita semua mampu meninggalkan sifat al amara bissu melalui media kurban di pagi hari ini. Sebagai kesimpulan akhir dalam khutbah ini, maka melalui mimbar yang terhormat ini khotib mengajak kepada kita semua: Mari kita jaga keikhlasan dalam beramal, ketawaduan dalam bersikap, kesabaran dalam menghadapi setiap masalah, serta kearifan dan kehati-hatian dalam mensikapi berbagai isu dan informasi yang berkembang. Mari kita jaga keutuhan silaturahim dan kebersamaan diantara kita, saling asah. Asih dan asuh, serta mari kita jaga bersama kondusifitas kota bima yang aman, nyaman, sejuk dan harmonis, inilah icon kota bima berteman yang religi. Mari kita jaga semangat keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah, dengan istiqomah menegakkan sholat dan berkurban. Mari kita jaga hati, lisan, sikap dan akhlaq kita, jangan sampai menghancurkan dan mengorbankan hamba Allah yang tidak berdosa. Mari kita meneladani sikap ihsan yang di teladankan oleh tiga mnausia pilihan Nabi: Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan Siti Hajar. *Penulis: KETUA PHBI KOTA BIMA, disampaikan saat Shalat Idul Adha di halaman kantor Pemkot Bima dihadiri oleh Walikota, HM. Qurais H. Abidin dan Wakil Walikota, H. A. Rahman H. Abidin, beserta ribuan jamaah umat Islam di Kota Bima.
×
Berita Terbaru Update