-->

Notification

×

Iklan

Froyek Gedung Convention Hall Dipuji Warga Masyarakat

Friday, September 7, 2012 | Friday, September 07, 2012 WIB | 0 Views Last Updated 2012-09-07T01:06:27Z
Kota Bima, Garda Asakota.-
 Proyek pembangunan rehabilitasi gedung Paruga Nae, hingga saat ini belum juga bisa dirampungkan. Kelihatannya pihak kontraktor pelaksana cukup hati-hati dan tidak ingin tergesa-ge-sa da¬lam me¬nun¬taskan pem¬bangunan ge¬dung yang menghabiskan APBD Kota Bima sekitar Rp2,3 Milyar ini, apa¬lagi bila melihat kons¬truksinya yang cukup menye¬dot nilai estetika. Menurut Direktur CV. Padolo, Mulyono, awalnya pekerjaan gedung yang belakangan dikenal dengan nama gedung Convention Hall itu dikerjakan dengan dana sebesar Rp1,7 Milyar (setelah dipotong pajak, red),
namun lantaran volumennya cukup padat, anggaran sebesar itu dirasakan belum cukup, sehingga Pemkot Bima kembali mengucurkan dana tambahan sebesar Rp600 juta untuk tahapan kedua. Meskipun belum mencapai tahapan finishing, tidak sedikit warga masyarakat Kota Bima berdecak kagum atas pekerjaan proyek tersebut. Bahkan salah satu Buda¬yawan Bima, Drs. H. Gufran Abubakar, memberikan apresiasi positifnya atas ide cemerlang Walikota Bima dalam membuat perencanaan merehabilitasi gedung tersebut dengan hasil yang memuaskan. Sangat disayangkan, katanya, melihat megahnya gedung Conventional Hall (Paruga Nae), bila kedepannya tidak ditindak-lanjuti dengan perawatan rutin oleh Pemkot Bima.
“Bahkan kalau perlu, saya sarankan agar Paruga Nae ini dapat dikelola khusus oleh pihak swasta atau dari kalangan non-PNS. Kan sayang gedung megah ini kalau tidak dirawat secara rutin oleh orang-orang professional, agar fasilitas ini bisa secara terus menerus dimanfaatkan oleh masyarakat,” ucapnya ketika melihat-lihat kondisi fisik bangunan yang hampir mencapai 100 persen fisik itu. Hal senada juga dilontarkan oleh warga Kota Bima lainnya, Abdul Azis. Diakui¬nya, meskipun proyek masih berlanjut, na¬mun tanda-tanda akan kemegahan gedung Paruga Nae sudah terlihat. “Bagaimana kalau sudah finishing dan siap pakai,” kata¬nya. Secara khusus pula, dia membe¬rikan apresiasi positif kepada Pemkot Bima atas pengerjaan gedung tersebut. “Saya melihat proyek ini dikerjakan cukup hati-hati oleh tenaga ahli. Lampu-lampu plafon ditata apik, begitupun dindingnya, pemasangan pintu, dan lain-lain, sangat megah. Masyarakat silahkan melihat sendiri,” puji pria yang akrab disapa Ejo Guda ini. Berdasarkan pantauan langsung Garda Asakota, Paruga Nae yang awalnya hanya sebuah gedung terbuka, sekarang telah ‘disulap’ menjadi sebuah gedung tertutup yang kelihatan semakin indah dan megah. Pada bagian depan, sisi kiri, dan sisi kanannya, dipasang pintu gandeng besar sebanyak 10 buah. Di pintu utama gedung, ada pelataran parkiran yang dipancangi tiang-tiang besar layaknya di ‘istana’ Negara, sedangkan pada bagian dalamnya seperti lantai, dipasang granit, dan plafonnya dipakai sunda plafon warna putih dihiasi lampu-lampu yang tertata apik. Kelihatannya, semua komponen yang dipakai sangat mahal. Mulai dari merk keramiknya, bukan keramik biasa yang dipasang, tapi jenis granit. Begitupun plafonnya dengan kualitas baik, tahan air dan tahan panas. Bukan hanya itu, kemegahan gedung Paruga Nae juga nampak pada fasilitas-fasilitas lainnya seperti WC maupun ruang gantinya, sangat representatif. “Harga kran airnya saja capai Rp750 ribu per biji, belum kita hitung bahan-bahan lainnya,” ucap Mulyono yang kerap disapa Baba Ngeng ini, ketika men-dampingi wartawan. Untuk menggenjot pembangunannya agar bisa segera diguna¬kan secara perdana pada momentum perte¬muan Apeksi di Kota Bima, pihaknya harus bekerja ekstra-time dengan memaksimalkan potensi yang ada. “Kita sekarang kerjanya on-time. Tentunya dengan menambah volume tenaga pekerja dan akan menambah volume pengerjaan pada malam hari,” tandas kontraktor kawakan ini. (GA. 212*)
×
Berita Terbaru Update