-->

Notification

×

Iklan

PRESTASI PENDIDIKAN SIAPA PUNYA?

Tuesday, June 5, 2012 | Tuesday, June 05, 2012 WIB | 0 Views Last Updated 2021-04-14T19:28:41Z
Oleh: Rafika, S. Pd 

Nilai Ujian Nasional kita dua tahun terakhir ini benar-benar memberikan warna tersendiri dari tahun-tahun sebelumnya. 

Bagi penulis dan kita semua merupakan ‘lampu hijau’ bagi wacana pendidikan kita kedepannya. Hasilnya tidak membuat kita sport jantung atau kembali bernostalgia dengan mimpi buruk yang terlewatkan. 

Dan janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta, masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang, (Pesannya Presiden Sukarno ketika HUT Proklamasi 1966).

Tetapi apakah kelemahan kita ? Kelemahan kita adalah kurang “percaya diri” sebagai bangsa, sehingga kita menjadi plagiat luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat gotong royong. Kita jangan sampai ‘lupa diri’ tetapi harus lebih “percaya diri”. 

Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka (Sukarno saat pidato HUT Proklamasi 1963) . “Percaya diri” , tanggung jawab, amanah, jujur,mandiri, harus tertanam kuat pada diri siswa sehingga akan terlahir siswa yang berkarakter. 

Kemampuan siswa harus kita hargai ! Siswa harus berkembang sesuai penalaran kecerda¬sannya !Kekurangan siswa harus dipelajari ! Siswa harus mengakui kompetensi yang dimilikinya ! Dan jangan sampai membunuh karakter siswa ! Karena membunuh karakter siswa berarti membunuh karakter bangsa ! Terbunuhmya karakter siswa, bukanlah aksi pembunuhan ala residivis tetapi membunuh dengan menanamkan ketidakpercayaan diri. 


Ketidakpercayaan diri muncul ketika yang dicapai “over dosis” dengan kemampuan yang ada.Apa iya kita bisa lapang ? Bisa percaya diri ? Bisa bangga ? Bisa menjamin masa depan, prestasi dan karier selanjutnya? Disinilah akan muncul kejar tayang, popularitas, tanpa memperhatikan kualitas. Hasil yang dicapai sekarang adalah kinerja semua pelaku pendidikan. Kinerja kita semua, siswa, orang tua, guru, dan seluruh elemen pendidikan. 


Karena segelintir saja yang mangkir dari wewenang, maka hancurlah semua planning pendidikan yang dicita-citakan. “Kekompakan” dalam KBM adalah langkah terbaik bagi tercapainya ranah-ranah pendidikan. Dan hasil yang dicapai adalah potret kinerja semua pihak Ujian Nasional adalah tingkatan penilaian paling akhir dari semua evaluasi tiap jenjang. 


Dan semua hasil evaluasi tiap ulangan harian, midsemester dan semester yang dilaksanakan akan memberikan gambaran bagi hasil evaluasi berikutnya. Karena hal yang mustahil ketika tercetak angka yang kontras. Nilai tersebut tidak boleh mencolok berbedaannya, tetapi Korelasi¬nya harus berimbang antarsemua nilai yang diperoleh siswa. 


Imbasnya, dalam moment dan model soal apa saja, siswa sudah siap dan siaga menghadapi evaluasi, karena KBM sudah terlaksana sesuai aturan yang ditetapkan. Walau kita harus menghadapi medan yang berbeda tetapi acuan atau Kurikulum adalah sama di seluruh Indonesia. Ketika perbedaan itu ada” jarak” bagaimana ? Apakah siswa ketika mengikuti Ujian Nasional mengalami beban psikologis ? Atau siswanya memang berke¬mampuan di bawah rata-rata ? Atau buku referen yang berbeda ? Atau kinerja kita belum maksimal ?Atau nilai yang kita berikan ada perbedaan dari sisi kualitasnya ? Atau siswanya hanya belajar mem-Beo ? Atau tidak berpedoman pada kurikulum dan program ? Dan kualitas nilai bagaimana ? 


Dimana pun kita berada, ketika memberikan penilaian, kualitas nilai itu harus objektif ! Hasil yang dicapai sekarang adalah napak tilas untuk evaluasi berikutnya. Apakah nilai 9 (sembilan) atau 8 (delapan) bisa mewakili kemampuan siswa untuk kesiapannya menghadapi UMPTN ? 

Dan mengapa siswa-siswa yang punya prestasi kadang tidak lulus seleksi UMPTN ? Tetapi kita semua pasti mengharapkan yang terbaik !Melihat kondisi di atas mampukah kita mendapat julukan ‘The best school in the world’? Karena dari segi fisik dan kesejahteraan kita sudah “luar biasa” menikmatinya. Daniel J. Murdoch, pengamat training and Human Resources Development dari London, berteori : Jika sudah banyak tenaga profesional di salah satu bidang tertentu, akan ada profesional yunior-yunior. 


Pemerintah kita sudah memiliki profesional yang super dalam pendidikan dengan program sertifikasinya. Kalau guru-gurunya sudah bersertifikasi dan sudah berstandar Nasional dan Internasional, wajarlah kalau hasilnya harus bisa mewakili labelnya. Karena rata-rata pelaku pendidikan sudah dan akan tersertifikat. Pendidikan itu harus bermakna, berkualitas, idealis dan jangan jadikan pendidikan sebagai ajang ‘komersial’. 


Sering kita melihat, mendengar, membaca berita-berita yang marginal mengenai hasil ujian Nasional. Tetapi kini dengan Lulus 100 persen hampir di tiap sekolah di kabupaten Bima adalah wacana yang berhak mendapat ancungan jempol dan aplaus. Dan SMA Negeri I Bolo tahun pelajaran 2011/2012 lulus 100 persen dengan prestasi yang cukup membanggakan. 


Dengan durasi belajar yang maksimal dan padat; seperti kegiatan les atau bimbingan belajar di luar jam sekolah. Dan kita semua sudah tahu, dari segi waktu belajar di sekolah kita (Indonesia) jam belajarnya termasuk yang paling tinggi di dunia. Di Negara-negara Eropa kegiatan belajar mengajar maksimal Cuma empat jam. Selebihnya kegiatan dilakukan di luar jam kelas. 

Dengan kegiatan belajar yang padat, kita sekarang mampu memberikan yang maksimal kepada masyarakat dan bangsa. Mari kita bekerja lebih baik lagi dan memberikan yang terbaik terhadap penerus bangsa. Negara yang maju adalah yang berpendidikan maju. Itulah sebabnya mutu pendidikan yang rendah menjadi keprihatinan bagi seluruh anak bangsa. 


Setiap wacana pendidikan yang kita hadapi jangan selepas retorika saja, tapi harus ditemukan problem solving yang akurat agar tidak terbelenggu dalam fenomena yang melilit urat nadi. Guru menjadi tumpuan harapan untuk mencetak SDM yang berkualitas. Di pundak gurulah tergantung harapan pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai ‘Learning Societies’ yang mampu belajar mandiri dan bertanggung jawab. *) 

Penulis adalah Pemerhati pendidikan Aktif di SMAN I Bolo
×
Berita Terbaru Update