-->

Notification

×

Iklan

Tolak Kenaikan Harga BBM Aktivis HMI Bima Kena Tembak

Tuesday, April 3, 2012 | Tuesday, April 03, 2012 WIB | 0 Views Last Updated 2021-04-19T05:04:54Z
Tolak Kenaikan Harga BBM Aktivis HMI Bima Kena Tembak


Bima, Garda Asakota.-

Rencana Pemerintah yang akan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) per 1 April 2012, menuai protes dan reaksi keras dari berbagai elemen masyarakat di Indonesia, terutama dari kalangan mahasiswa dan LSM. Bukan hanya di Istana Negara dan daerah lainnya, aksi penolakan atas kebijakan Pemerintah yang tidak pro rakyat ini, juga terjadi dan disuarakan oleh sekitar 500-san mahasiswa dan masyarakat yang tergabung dalam wadah Persatuan Rakyat dan Mahasiswa (PRM) Bima Tolak Kenaikan Harga BBM,

Kamis (29/3). Massa PRM yang merupakan gabungan elemen pergerakan mahasiswa dan masyarakat seperti, LMND, LIMID, LSIP, FMPS, KUSIR/OJEK, ALIANSINDO, BEM TAMSIS, IMM, SRMI, dan SMI, terpaksa harus memblokade jalan Nasional, satu-satunya akses menuju Bandara Sultan Muhamamad Salahuddin di Kabupaten Bima guna menentang kebijakan tersebut. Namun sayangnya, aksi ini berujung bentrok dengan aparat Kepolisian/TNI. Akibatnya, satu orang mahasiswa terkena tembakan, dan sepuluh lainnya berhasil diamankan.

Pantauan langsung Garda Asakota, aksi blokade jalan Negara lintas Sumbawa-Bima dilakukan sejak Kamis pagi. Massa yang saat itu bergerak dan menggelar orasi bebas di depan Bandara Sultan Muhamad Salahuddin, sekitar pukul 12.00 Wita, mulai terprovokasi dengan melempar batu ke arah petugas, hingga dalam waktu yang begitu cepat, antara polisi dan mahasiswa sudah terlibat saling lempar batu, hingga terdengar letusan senjata. Melihat sejumlah teman mereka ditangkap, para mahasiswa kian beringas melawan. Mereka berupaya membebaskan teman mereka, hingga bentrok kian memanas. Polisi membalas dengan menembakkan gas air mata ke arah massa aksi. Kondisi ini menyebabkan massa aksi tidak berdaya, para mahasiswa terlihat lari berhamburan menuju kampus STKIP Taman Siswa, tidak jauh dari arah Bandara.

Ketika kerumunan mahasiswa masih berada di jembatan Padolo, 300 meter arah timur Bandara Salahuddin dan 100 meter dari kampus STKIP Taman Siswa, Khairud¬din, mahasiswa Semester VI Jurusan Bahasa Inggris STKIP Taman Siswa, tiba-tiba terjatuh bersimbah darah.

Diduga, mahasiswa yang juga aktivis HMI Bima ini, terkena tembakan di paha kiri dan lengan kanannnya, sekitar pukul 13.00 Wita. 


“Saat ini Khairuddin tengah dirawat di RSUD Bima, karena lukanya cukup serius,” ungkap salah seorang mahasiswa. 

Hingga Kamis sore, aksi blokade jalan masih dilakukan mahasiswa, namun sekitar pukul 18.13 Wita, aparat TNI dibantu pasukan Dalmas, berhasil membuka kembali blockade jalan yang sebelumnya sempat melumpuhkan transportasi di jalur vital tersebut. Menurut Korlap Aksi, Abdurahman, menegaskan bahwa, aksi yang dilakukan elemen mahasiswa dan masyarakat yang tergabung dalam PRM Bima Tolak Kenaikan Harga BBM itu, menyikapi atas rencana Presiden RI yang akan menaikkan harga BBM per 1 April 2012.

Keesokan harinya, aksi penolakan terhadap rencana kenaikan harga BBM kembali terjadi. Para mahasiswa melakukan Pemblokiran jalan Jumat (30/3) dengan menggunakan pepohonan di jalan Negara, lintas sumbawa. Tepatnya disekitar STKIP Taman Siswa Bima. Aksi tersebut sekaligus aksi Solidaritas mengecam tindakan represif aparat saat melakukan pembubaran aksi massa menolak kenaikan BBM sehari sebelumnya. 

Berdasarkan pantauan wartawan, aksi pemblokiran kali ini, tidak tampak aparat berseragam yang melakukan pengamanan, hanya beberapa pengamanan tertutup oleh sebagian anggota Intelkam Polres Bima yang berpakaian preman. Atas pemblokiran jalan Negara yang menghubungkan wilayah Bima bagian selatan dengan Kota Bima ini, beberapa pengendara yang dikejar waktu mengeluhkan sikap pemblokiran jalan umum seperti itu.

Sementara itu, korban penembakan yang diduga dilakukan oleh oknum aparat Kepolisian hingga saat ini masih terbaring lemas di RSUD Bima. KHaerudin (22-thn), mahasiswa STKIP Taman Siswa dan juga aktivis HMI Cabang Bima ini menuturkan bahwa, sewaktu ia melakukan aksi demo bersama rekan mahasiswa lainnya di depan bandara sekitar pukul 11:00 Wita, Kamis (29/3), tiba-tiba berlangsung ricuh. Saat itu, ia bersama beberapa orang rekannya berupaya melarikan diri ke arah Selatan atau menuju kampusnya. 

“Di tengah jalan saya mendengar beberapa kali suara tembakan ke udara, ketika itu jarak antara saya dan aparat Kepolisan sekitar 200 meter. Dan hanya beberapa saat kemudian, ketika saya lari tiba-tiba saya merasakan sakit pada paha kiri dan tangan kanan hingga membuat saya jatuh tersungkur,” akunya.

Di tengah hantaman peluru itu, dirinya berusaha bertahan. Melihat Khairuddin tersungkur, sejumlah rekannya berupaya menyelamatkannya dan membawanya ke Puskesmas Woha. 

“Karena saran orang tua dan beberapa anggota keluarga, sayapun dibawa ke RSUD Bima untuk diobati lebih lanjut,” katanya. 

Diakuinya, akibat luka tembak tersebut, ia masih sulit untuk berjalan karena masih dirasakan sakit pada paha kirinya. “Masih sulit bang untuk berjalan, karena rasa sakit ini masih dirasakan,” keluhnya didampingi orang tua dan pihak keluarga lainnya. (GA. 234/334*).
×
Berita Terbaru Update