-->

Notification

×

Iklan

Semangat Persaudaraan, Kunci Sukses di Tanah Rantauan

Wednesday, April 25, 2012 | Wednesday, April 25, 2012 WIB | 0 Views Last Updated 2012-04-25T07:31:27Z
Mataram, Garda Asakota.- 
Organisasi Rukun Keluarga Bima (RKB) Pulau Lombok yang bermarkas di Kota Mataram adalah wadah silahturahmi bagi masyarakat Bima yang berdomisili atau yang merantau di pulau Lombok. Lembaga yang manaungi lebih kurang 150 ribu jiwa ini merupakan wadah penya¬luran aspirasi terkait permasalahan yang ada, wadah silaturrahmi, serta wahana penyumbang pikiran untuk kemajuan Bima dan NTB ke arah yang lebih baik.
Ketua RKB Pulau Lombok, Drs. H. Arsyad Gani, kepada Garda Asakota mengungkapkan bahwa, di tubuh RKB terdapat kumpulan orang-orang besar dan cerdas yang senan¬tiasa menyumbangkan ide-ide kreatifnya untuk kemajuan bangsa kedepannya, dan hal itu merupakan sala satu kebanggaan tersendiri bagi RKB. Sebagai organisisasi besar yang memiliki kualitas dan kuantitas, RKB tidak melibatkan diri ke ranah politik praktis. Namun sebagai salah satu lembaga yang memiliki power, RKB kerap memberikan masukan dan saran pada Pemerintah Daerah maupun Pemprov NTB untuk kemajuan masyarakat NTB itu sendiri. Menurut H. Asyad Gabu, saat sekarang RKB tengah menyusun program kerja untuk mengumpulkan dana pada para anggotanya yang nantinya dana tersebut akan dipergunakan untuk kegiatan sosial. Sala satunya untuk membantu masyarakat Bima yang cacat yang berada di Lombok serta membantu para mahasiswa yang kesulitan akan biaya kuliahnya. Banyak permasalahan yang dihadapi oleh pengurus RKB untuk dicarikan solusi pemecahannya, salah-satunya adalah bagaimana mencipta¬kan iklim yang harmonis antara sesama komunitas Bima serta komunitas Bima dengan penduduk asli Lombok itu sendiri. “Rasa persaudaraan dan persatuan harus terus kita pupuk bersama,” ujar Arsyad Gani yang sekarang menjabat Sebagai Kepala Biro Kesos di Pemprov NTB. Ketika disinggung keberadaan para mahasiswa Bima di Mataram, diakuinya, ‘terkadang’ antara sesama mahasiswa Bima di Mataram terjadi pertikaian satu sama lainnya yang menjurus pada persoalan hukum. Padahal sebenarnya, kata dia, hal demikian harus diretas dan dihilangkan, karena dapat merugikan diri dan berimbas pada orang banyak. Sebagai mahasiswa, hendaknya menggunakan pemahamanan intlektualnya yang ilmiah untuk menyelesaikan setiap persoalan, serta meninggalkan budaya kekerasan yang acap kali dialamatkan pada mahasiswa Bima oleh orang-orang luar. “Sudah saatnya kita berpikir maju kedepan untuk menyongsong masa depan yang lebih baik, kalau bukan kita yang merubah daerah kita siapa lagi, dan semangat persaudaraan dan kebersamaan merupakan kunci dari kusuksesan itu sendiri,” imbuhnya di ruang kerjanya, Kamis lalu (19/4). (GA. 122*)
×
Berita Terbaru Update