-->

Notification

×

Iklan

Gubernur NTB Akui Insiden Lambu Picu Instabilitas di Kabupaten Bima

Tuesday, January 10, 2012 | Tuesday, January 10, 2012 WIB | 0 Views Last Updated 2012-01-10T00:10:30Z
Ke Lambu, Tanpa Didampingi Bupati Bima
Bima, Garda Asakota.-
Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Muhammad Zainul Majdi, didampingi Anggota DPR RI Dapil NTB, DR. Abdur¬rah¬man, Danrem 162/Wirabakti Kolonel Inf. Heru S, Kakanwil Kementrian Agama NTB, Drs. HL, Suhaimin Ismi, melakukan silaturahmi dengan Forum Koordinasi Pimpinan
Daerah (FKPD) Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan Jajaran Pemerintah Daerah Kabupaten Bima di Paruga Parenta Jumat, (6/1). Gubernur yang sehari sebelum¬nya melakukan kunjungan kerja di Pesantren Al-Ikhlas Desa Doridungga-Donggo, ketika menyampaikan arahan di Paruga Parenta mengakui bahwa, “Insiden Lambu, Sabtu (24/12) di Pelabuhan Sape, menyebabkan instabilitas kemanan di Kabupaten Bima.
Untuk itu selaku Gubernur NTB Dr TGH Zainul Majdi, MA, merasa prihatin yang sangat mendalam atas kejadian yang menimpa warga masyarakat Kabupaten Bima. Kejadian tersebut, ungkapnya, menuntut semua pihak mengedepankan kesabaran dan menempatkan sesuatu pada posisinya masing-masing. “Saya yakin fitrah keluarga besar di Bima baik dan sila¬turahim ini baik untuk mengasah kebaikan itu sendiri. Sehingga masalah-masalah yang terjadi bisa diselesaikan dengan silaturrahmi seperti ini. Mari kita bangun komitmen di tahun 2012 dengan niat yang baik dan perkuat tali silaturrahmi sehingga terhindar dari masalah-masalah,” ajaknya.
Secara khusus, Gubernur berpesan kepa¬da Bupati dan jajaran Pemerintah Kabupa¬ten Bima, agar dalam mengambil sebuah kebijakan harus memberikan kenyamanan masyarakat. Karena pada dasarnya filosofi pemerintah itu hadir untuk melaksanakan pelayanan kepada masyarakat yaitu mela¬yani. “Mari tingkatkan semangat melayani dengan sungguh-sungguh. Pemimpin adalah pelayan bagi masyarakatnya. Kere¬laan masyarakat untuk dipimpin, hanya bisa dibalas dengan keikhlasan dalam memim¬pin,” ucap Gubernur. Sebelum mengakhiri sambutannya, Gubernur memberikan tiga hal yang perlu menjadi perhatian pemerintah daerah. Pertama, cermati berkembangnya paham-paham agama, untuk ini Bupati beserta jajaran diharapkan bisa membuka saluran komunikasi dan dialog dari hati ke hati untuk mengubahnya. Kedua, potensi bagi gangguan Kamtibmas juga terkait dengan pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA), karena itu bila ada rencana pengelo¬laan SDA tersebut harus betul-betul dipasti¬ kan kemanfaatannya bagi masyarakat. Ketiga, Potensi gangguan konflik di Kabu¬pa¬ten Bima adalah lemahnya penegakan hukum. Pemerintah seyogyanya memberi¬kan sinyal yang kuat dalam penegakan hu¬kum dan tata pemerintahan yang menjun¬jung tinggi hukum. “Selesaikan masalah sesuai aturan dan pendekatan lain yang tak terpisahkan bagi penyelesaian masalahal,” pesanya Zainul Majdi, sebagaimana dilansir Kabag Humaspro Pemkab Bima, Drs. Aris Gunawan dalam siaran persnya.
Sementara itu, Bupati Bima H. Ferry Zulkarnain, dalam pengantarnya memapar¬kan kronologis insiden Lambu. Menanggapi tudingan tidak adanya sosialisasi, Bupati Ferry menyatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Bima telah berupaya maksimal, termasuk sosialisasi terkait tambang kepada warga Lambu. Namun diakuinya, pihaknya tidak mungkin melakukan sosialisasi dari rumah ke rumah melainkan secara kolektif yang diadakan di kantor camat atau kantor desa di Kecamatan Lambu. “Kami sudah mak¬simal melakukan sosialisasi, kami me¬miliki bukti kehadiran pesertanya,” katanya. Selanjutnya Kapolres Bima Kota, AKBP Kumbul KS, S.IK, dalam paparannnya mengenai penanganan demo tambang di pelabuhan Sape mengaku segala upaya telah dilakukan oleh jajarannya bahkan ditangani langsung oleh Kapolda NTB Brigjen Pol Arif Wachyunadi. Seperti melakukan upaya negosiasi secara berulang-ulang dengan pen¬demo, tetapi tidak mem¬buahkan hasil. Akhir¬nya, pada tanggal 24 Desember 2011 pukul 06.30 pihaknya meng¬ambil langkah hukum dengan membu¬barkan massa secara paksa. “Langkah ini terpaksa kami lakukan setelah upaya per-suasif tidak berhasil bahkan kami mengemis kepada pendemo untuk berhenti berdemo di pelabuhan. Alasan lainnya adalah banyak warga NTT yang ingin merayakan Natal dan Tahun Baru tertahan di pelabuhan Sape,” tandasnya sebagaimana dikutip Kabag Humaspro Pemkab Bima.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Garda Asakota, kunjungan kerja Gubernur NTB di Kabupaten Bima merupakan rangkaian dari kunjungan kerjanya ke Pulau Sumbawa, setelah sebelumnya menyam¬bangi 4 Kabupaten/Kota di Pulau Sumba¬wa, yakni Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Dompu, dan Kota Bima.
Khusus untuk kunjungan ke Kabupaten Bima, Gubernur juga berkesempatan menggelar shalat Jumta di Desa Sumi Kecamatan Lambu, Jumat, 6 Januari 2012. Namun sayangnya, kehadiran orang nomor satu di NTB ini menuai kekecewaan warga setempat lantaran tidak adanya dialog Gubernur dengan masyarakat Lambu usai shalat Jumat. Siang itu, Tuan Guru Bajang (TGB) yang hadir tanpa didampingi Bupati Bima, H. Ferry Zulkarnain, itu, hanya menjadi khatib Jumat.
“Setelah Jumatan menyerahkan bantuan Rp15 juta untuk masjid Raya Sumi, dan langsung pulang tanpa ada dialog hingga masyarakat dibuat kecewa,” cetus salah satu tokoh pemuda Desa Sumi, Muhamad Tahir, kepada wartawan. (GA. 212*)
×
Berita Terbaru Update