-->

Notification

×

Iklan

Jangan Paksakan Pertambangan Masuk Lambu

Friday, December 2, 2011 | Friday, December 02, 2011 WIB | 0 Views Last Updated 2011-12-02T01:47:57Z
Mayoritas Warga Tegas Menolak Investor

Bima, Garda Asakota.-
Pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima maupun pihak investor diminta agar menghentikan dulu segala aktivitas pertambangan di Kecamatan Lambu Kabupaten Bima. Sebab kalau dipaksakan, aparat keamanan tidak bertanggung-jawab atas dampak konflik yang akan terjadi. Demikian antara lain pernyataan Kapolsek Lambu,
Iptu. M. Kosim, SH, menyikapi kondisi terakhir situasi dan keamanan di wilayah rawan konflik tersebut. “Karena masyarakat Anti Tambang hingga saat ini masih terus mengintai reaksi dari warga masyarakat yang Pro Tambang maupun sikap pemerintah. Saya minta agar jangan dulu ada aktivitas pertambangan di Kecamatan Lambu,” ucapnya pasca terjadinya insiden penghadangan massa Pro Tambang oleh ribuan massa Anti Tambang yang terjadi Kamis lalu (24/11) di Desa Sumi Kecamatan Lambu. Kapolsek tetap menghimbau kepada seluruh komponen masayarakat Lambu untuk menahan diri agar jangan sampai terjadi konflik horizontal diantara sesama warga. Karena bagaimanapun juga, tegasnya, bila terus terjadi konflik, maka imbasnya warga masyarakat sendiri yang rugi. “Untuk itu diharapkan jangan mudah terprovokasi oleh orang yang tidak bertanggungjawab, mari kita sama-sama menjaga ketertiban dan kemanan di Kecamatan Lambu,” ajaknya.
Menurut informasi yang diperoleh wartawan, aksi demo penolakan masuknya Pertambangan di Kecamatan Lambu terus meluas. Sebut saja kejadian pada Kamis lalu (24/11), dimana
ribuan warga dari berbagai desa di Kecama¬tan Lambu kembali mengamuk. Saat itu, rata-rata warga yang mengacung-acungkan senjata tajam seperti tombak dan parang, berkeliling desa mencari warga yang mendukung keberadaan tambang. Bahkan, rumah kediaman salah seorang pengurus Partai Golkar Lambu, Mahdin, menjadi sasa¬ran warga, karena dianggap memobili¬sasi warga untuk mendukung keberadaan tambang emas. Gerbang rumahnya-pun dijebol warga. Begitupun dengan kebera¬daan rumah warga Pro Tambang lainnya, warga Anti Tambang terus mendatanginya dan meminta mereka menandatangani surat pernyataan penolakan tambang.
Insiden bentrok antara warga Pro Tambang dengan massa Anti Tambang juga terjadi Senin lalu (20/11). Pada Senin lalu (20/11) sekitar pukul 08.00 Wita ribuan warga masyarakat Anti Tambang mengha¬dang massa pro tambang. Kejadian ini meng¬ akibatkan salah seorang anggota Polsek Lambu Brigader Sumantro nyaris dihakimi massa, saat melakukan pengamanan warga Lambu yang menghadang masyarakat Pro Tambang di cabang empat desa Sumi Kecamatan Lambu. Salah seorang saksi mata, Sahbudin, mengaku kejadian tersebut berawal dari sikap Brigader Sumanto yang sempat mengamankan sebilah pisau dari warga Anti Tambang. Karena tidak terima sajamnya diambil, warga Lambu marah dan nyaris menghakimi Brigader Sumanto. Saat itu emosi warga Anti Tambang tidak terkendali, namun untungnya kejadian naas tidak sampai terjadi.
“Untung saja warga lainnya cepat melerai dan saya sendiri langsung membawa kabur Brigader Sumanto,” aku Sahbudin. Diakuinya, atas kejadian tersebut anggota Polsek Lambu sudah meminta maaf , begitupun dengan warga masyarakat Anti Tambang, juga sudah memaafkan. “Sehingga persoalan itu sudah tidak ada masalah lagi, karena saat itu hanya miss-komunikasi saja,” akunya.
Kapolsek Lambu, Iptu. M. Kosim, SH, yang dikonfirmasi wartawan membenarkan adanya masyarakat Anti Tambang yang menghadang masyarakat Pro Tambang. Saat itu sempat terjadi pertengkaran, namun tidak sampai meluas kepada konflik besar. “Masyarakat Nggelu yang menggunakan bis hendak menuju Bima, saya pulangkan kembali karena masyarakat Anti Tambang menghadang dengan tombak dan parang. Upaya itu dilakukan untuk menghindari konflik horizontal, saya memulangkan kembali masayarakat yang Pro Tambang dari pada Lambu mandi darah,” ucapnya. Kapolsek Lambu-pun mengakui adanya anggota Polsek Lambu yang nyaris dihakimi massa, namun cepat dilerai oleh sebagian warga lainnya yang mengenal dekat dengan anggota yang bersangkutan.
Sementara, berdasarkan informasi terakhir yang diperoleh wartawan, mayo¬ritas warga beserta kepala desanya di tujuh (7) Desa se-Kecamatan Lambu akhirnya sepakat menolak masuknya Pertambangan di wilayah mereka. Ketujuh desa yang telah memberikan pernyataan penolakannya yaitu Desa Sumi, Desa Rato, Desa Soro, Desa Melayu, Desa Nggelu, Desa Lambu, dan Desa Hidirasa. Sementara sebagian warga di empat desa lainnya yakni Desa Kaleo, Desa Lanta Barat, Lanta Timur, dan Desa Simpasai, tetap mendukung masuknya pertambangan emas. (GA. 333*)
×
Berita Terbaru Update