-->

Notification

×

Iklan

H. Fitrah Malik: Kalah di Ajang MTQ Itu Hal yang Wajar

Friday, December 2, 2011 | Friday, December 02, 2011 WIB | 0 Views Last Updated 2011-12-02T01:23:40Z
“Di Kabupaten Bima, yang potensial tidak dilihat, yang dilihat umur. Padahal jaman saya dulu waktu jadi Ketua LPTQ, saya utamakan yang potensial, umur bisa dimainkan karena itu namanya seni mengatur. Target saya waktu Ketua LPTQ, juara umum, Al-hamdulillah juara umum. Nah, sekarang ini kalah, jangan salahkan dewan hakam, kita lihat diri kita, potensi kita” ungkap Drs. H. Fitrah A. Malik

Bima, Garda Asakota.-
Mencuatnya usulan agar Dewan Hakam MTQ Provinsi NTB diambil dari orang luar daerah NTB dinilai sebagai masukan dari pihak-pihak yang kurang luas pengetahuan¬nya.
Padahal di NTB sendiri, khususnya di Bima terdapat sosok Dewan Hakam yang sudah bersertifikasi Nasional seperti Drs. H. Ramli Ahmad dan Drs. H. Fitrah A. Malik. Belum lagi di daerah Lombok, juga terdapat sederet nama Dewan Hakam yang punya sertifikasi sama dan dibutuhkan oleh Nasional. “Kalau soal kalah dalam MTQ itu hal yang wajar, jangan lantas menyalah¬kan Dewan Hakamnya. Karena dewan hakam yang ditunjuk itu bukan sebagai perwakilan Kabupaten/Kota, tapi dilihat oleh LPTQ Provinsi NTB sesuai dengan keahlian di bidangnya. Jadi salah besar kalau ada daerah yang menyalahkan dewan hakam ketika menempati nomor urut ren¬dah,” ucap H. Fitrah Malik, ketika dimintai tanggapannya terkait dengan mencuatnya sorotan terhadap keberadaan Dewan Hakam MTQ Provinsi NTB yang dinilai tidak obyektif dalam memberikan penilaiaan dalam ajang MTQ tingkat NTB yang dihelat awal November lalu di Kota Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat (KSB).
Idealnya, ungkap pemilik Ponpes Al-Maliki ini, dalam ajang MTQ bukan hanya mendengarkan dari bacaan anak-anak binaan (Qori dan Qoriah, red), akan tetapi semestinya juga mendengarkan bacaan dari qoria/qoriah lainnya. Sebab biasanya, Pembina bila sudah dengar bacaan dari anak binaan, selesai sudah. Padahal ada qori/qoriah lain yang lebih bagus bacaannya sebagai bahan referensi. “Bukan serta merta menyalahkan Dewan Hakam,” katanya. H. Fitrah juga menyinggung adanya daerah yang sebelumnya tidak muncul di ajang MTQ tingkat Provinsi, lalu kemudian melewati daerah lain. “Itu hal yang biasa, seperti Kabupaten Dompu yang berhasil menempati urutan kedua dalam ajang MTQ tingkat Provinsi NTB belum lama ini. Dompu mampu mengalahkan Kota Bima yang hanya juara ketiga. Sedangkan Kabupaten Bima yang sebelumnya juara umum tahun lalu, sekarang malah juara keenam,” tuturnya mencontoh.
Ketika disinggung anjloknya raihan prestasi kafilah dari Kabupaten Bima di ajang MTQ NTB baru-baru ini, mantan Ketua LPTQ Kabupaten Bima ini menga¬kuinya. Dirinya mengetahui persis bagai¬mana pembinaan qori/qoriah pasca diting¬galkannya. “Di Kabupaten Bima, yang potensial tidak dilihat, yang dilihat umur. Padahal jaman saya dulu waktu jadi Ketua LPTQ, saya utamakan yang potensial, umur bisa dimainkan karena itu namanya seni mengatur. Target saya waktu Ketua LPTQ, juara umum, Al-hamdulillah juara umum. Nah, sekarang ini kalah, jangan salahkan dewan hakam, kita lihat diri kita, potensi kita. Saya tahu persis, ada saudara kita yang potensial, tapi salah baca padahal yang kita kirim ke Nasional. Bukan karena Lombok banyak dewan hakamnya, tidak seperti itu. Di Kota Bima juga dulu Lombok banyak dewan hakamnya, tapi Kota Bima beberapa kali juara umum,” paparnya.
H. Fitrah juga mengungkapkan dasar mengapa dulunya Kabupaten Bima berhasil menyabet juara umum. “Kenapa?, karena anak-anak itu dua tahun sebelumnya kita persiapkan. Ternyata anak-anak yang kita siapkan itu yang juara, kemudian kita didik lagi di pondok, jadi bukan dibantu oleh dewan hakam. Kalau mau misalnya di tahun 2012 nanti Kabupaten Bima juara umum MTQ, maka mulai dari sekarang dipersiap¬kan oleh LPTQ, dan saya kebetulan punya Pondok, di Pondok saya siapkan. Mari kita siapkan anak-anak kita semaksimalkan mungkin untuk dua tahun yang akan datang, apa yang harus disiapkan?.
Bacaannya, kalau lagu itu bisa berubah, yang penting anak-anak punya modal (kekuatan suara, red). Begitupun tajwid-nya harus dimatangkan terus,” ucap pemilik Ponpes Al-Maliki Desa Penapali Kecamatan Woha Kabupaten Bima ini seraya berharap seluruh komponen yang peduli Al-Quran agar tidak perlu saling menyalahkan satu sama lain, apalagi menyalahkan Dewan Hakam. “Harapan saya mari kita bina anak-anak kita, serahkan pada ahlinya, jangan saling menyerang,” ajak pria yang suka humoris ini. (GA. 212*)
×
Berita Terbaru Update