-->

Notification

×

Iklan

Diduga Menganiaya, Oknum Honorer Pemkot Bima Dipolisikan

Monday, November 14, 2011 | Monday, November 14, 2011 WIB | 0 Views Last Updated 2011-11-14T03:27:58Z
Kota Bima, Garda Asakota.-
Kasus kekerasan akhir-akhir ini terus menjadi pemberitaan yang tidak ada henti¬nya. Setelah sebelumnya tindak kekerasan terjadi di lingkungan MTsN-1 Kota Bima, kini dugaan tindak kekerasan kembali terjadi di daerah ‘Maja Labo Dahu’. FN, putra dari Kabag Umum Pemkot Bima, Drs. Kaharud¬din, dilaporkan ke Polisi oleh LPA (17-ta¬hun), siswi Kelas III di salah satu SMU Kota
Bima atas tuduhan dugaan penga¬niayaan. Didampingi orang-tuanya, LPA mempolisi¬kan FN hari Selasa (8/11) di Polsek Ra¬sanae Barat, dengan Nomor Laporan Polisi: LP/271/XI/2011/NTB/RestaBima/Sek.
LPA, gadis yang diduga menjadi korban penganiayaan kepada sejumlah wartawan menuturkan di kediamannya Jln. Sudirman Kompleks Pengairan Kelurahan Mande Kecamatan Mpunda, sekitar pukul 16.00 wita atau bakdah Ashar, pelaku FN (23-thn) awalnya mengirim sms kepadanya untuk mengajak ketemuan pada Senin sore (7/11). Namun katanya, sms FN itu dibalasnya tidak bisa keluar rumah karena dilarang oleh orang tua dengan alasan apapun. Padahal waktu itu, saking ingin bertemu, FN sudah menunggunya di depan kantor Pengairan.
Beberapa saat kemudian, orang tuanya keluar dari rumah menggunakan motor. Mengetahui ibu LPA keluar, FN masih sempat sms dengan nada marah-marah untuk mengajak bertemu. “Tapi saat itu saya tidak menghiraukannya,” akunya.
Selang beberapa saat orang tuanya keluar, datanglah temannya menjemput menggunakan mobil dengan maksud pergi makan jagung di seputaran Panda Kabupa¬ten Bima. Namun saat dirinya keluar itulah, ternyata FN dilihatnya mengikutinya. Setiba di toko Colombia lingkungan Paruga, mobil yang ditumpangi LPA sempat terhenti untuk menjemput teman yang bekerja di sana (Columbia, red). “Namun sebelum sempat naik ke mobil, dia datang dari arah belakang dan hampir menabrak teman saya. Diapun mengucapkan kalimat dengan nada makian, kenapa kamu bohongin saya,” cetusnya mengutip umpatan FN.
Masih menurut LPA, usai mengumpat dengan kata-kata, FN menarik dirinya secara paksa naik di motornya. Hanya berja¬rak beberapa meter, tepatnya di depan SDN-55 Kota Bima, FN diduga menyikut LPA dengan tangan kiri. Dan di sepanjang perja¬lanan di seputaran jalan Danatraha, kata dia, FN diduga kembali memukul dan menjam¬bak dirinya. Begitupun setiba dirumahnya lingkungan Nggarolo Kelurahan Pena Na’e Kecamatan Raba, dia membawa masuk LPA ke rumahnya yang saat itu dalam keadaan sepi. “Dirumahnya ia kembali murka, dengan memukul, menjambak rambut saya. Setelah itu saya meminta agar dia membawa saya ke rumah sakit untuk mengobati namun dia menolaknya hingga akhirnya dia membawa saya ke rumah temannya. Tapi sampai di sana, saya hanya diobati dengan es batu saja,” cetusnya.
Keesokan harinya, Selasa (8/11) didampingi orang-tuanya, LPA melaporkan dugaan kasus penganiayaan itu di Polsek Rasanae Barat. Orang tua korban, Sarwo Edi yang bekerja di lingkup PU Provinsi NTB, menginginkan agar kasus yang me¬nimpa anaknya itu diproses hukum sampai tuntas. Diakuinya bahwa hubungan asmara antara anaknya dengan FN ditolak sejak dulu, karena sifat dan wataknya FN dinilainya emosional dan temperamental.
Sementara itu, ditemui di kantornya tempat ia bekerja pada Bagian Umum Setda Kota Bima, FN secara terus terang menga¬kui kasus dugaan penganiayaan yang dila¬kukannya terhadap korban, FN. Dia berala¬san kasus itu terjadi karena LPA membo¬hongi dirinya. Awalnya dia menunggu FN untuk mengajaknya bertemu, namun tidak pernah digubris. “Bahkan saya menunggu dia beberapa jam hingga saya rela mening¬gal¬kan pekerjaan demi nenunggu dia.
Setelah saya sempat melihat ibunya keluar dari rumah, saya-pun mengirim sms kepada dia untuk mengajak bertemu, namun dia tetap tidak mau. Setelah beberapa jam, masuklah sms dari dia agar saya menjem¬putnya di toko Colombia, dan akhirnya saya menjemputnya,” katanya.
Sampai di Columbia diakuinya ia sempat marah-marah, karena FN telah membo¬hongi¬nya. Diakuinya pula bahwa dirinya sempat memukul korban di jalan, hingga akhirnya dia membawa FN ke rumahnya. “Setiba di rumah saya menamparnya sampai tiga hingga empat kali. Setelah situasi mere¬da, saya sempat menawarkan agar pulang ke rumahnya tapi dia menolak. Kemung¬kinan dia menolak karena merasa bersalah pada saya sampai malampun dia tidak mau pulang. Namun akhirnya saya membawa ke rumah temannya, dan hingga saat ini, saya hilang kontak dengannya,” tutur FN, putra dari Kabag Umum Pemkot Bima ini.
Kapolsek Rasanae Barat melalui Waka¬polsek, Iptu Nurdin, yang dikonfirmasi mengaku laporan kasus dugaan penga¬niayaan dengan nomor: LP/271/XI/2011/NTB/RestaBima/Sek itu, belum diketahui¬nya. “Hingga saat ini, belum ada anggota yang memberikan laporan. Tapi saya akan mengecek kembali laporan tersebut, karena masih menunggu anggota yang masih menjalani test Psikologi di Polresta,” akunya singkat, Kamis (10/11). (GA. 334*)
×
Berita Terbaru Update