Rafika, S. Pd
Wereng pendidikan menyerang pelaku-pelaku pendidikan yang
berkolaborasi di lingkup pendidikan.
untuk memberantas hama pendidikan
kuncinya adalah kita harus selalu satu, karena dengan satu kesatuan yang
utuh dengan sendirinya semuanya bisa terselesaikan, begitu amanatnya Umar H.M. Saleh,S.Pd (Kasek
SMA Negeri I Bolo, ketika rapat dinas 3 Oktober 2011) Hama –hama pendidikan akan muncul kapan saja,
dimana saja, dan pada moment apa saja. Karena pendidikan berkelanjutan dan
bertujuan . Jadi semua pelaku pendidikan harus selalu “siaga” untuk menghadapi wereng yang muncul, baik itu
wereng “kelas teri” maupun wereng “kelas kakap”,
sekaligus maestronya wereng !!! Pendidikan itu memiliki aturan, dan aturan itu
mengatur dan mengayom semua pelaku
pendidikan, Ir Indra Djati Sidi, Ph.D .
Seperti hal yang sangat sederhana
pun punya aturan. kita perhatikan
di sekolah-sekolah. Mulai dari kostum, sepatu, Sabuk, assesoris rambut,
semuanya harus seragam dari bahan dan
warna yang sama pula. Itu semua untuk memupuk, membimbing, kebersamaan yang
utuh hingga tercapai pendidikan yang bernilai. Dan bagi yang melanggar akan
dikenakan sanksi. Semua itu merupakan rambu-rambu pendidikan yang harus
ditaati oleh semua pelaku pendidikan.
Lalu bagaimana dengan
behavioris yang melenceng dari tatanan?
Mulai dari Kelas “Nol” kita telah dididik oleh subjek pendidikan. Dari sekian
tahun di bangku sekolah, pasti akan ada hasil dan perubahan yang didapat oleh
objek pendidikan. Tetapi ketika hasil pendidikan itu hanya “Nol Besar” dan
tidak berbekas, siapa yang ingin
disudutkan dan dituding ?
Disinilah kita semua harus
realis dan evaluasi, berapa “nilai” yang kita dapat dan hasilkan
dari pendidikan yang kita dapat. Jangan
mau “cuci tangan” dan menghindar dari fenomena yang
melilit urat nadi kita.
Semuanya harus jeli menyikapi dinamika yang setiap saat
merorong dunia pendidikan kita. Di setiap sekolah apakah kendaraan yang dipakai oleh siswa
ditetapkan ? Apakah semua siswa diwajibkan memiliki kendaraan ? Haruskah
siswa memakai merek kendaraan yang sama? Mungkinkan semua siswa memiliki
fasilitas yang sama ? Memiliki kendaraan yang sama? Sedangkan siswa punya dan
memiliki latar belakang sosial yang berbeda. Apakah siswanya tidak diwajibkan
membawa kendaraan ? Hal ini perlu kita renungkan bersama dan mencari solusi
yang terbaik. Hal yang paling kecil kita atur dan memberikan ketetapan, tetapi
jangan sampai kita “lalai”
dengan masalah yang lebih besar ! Setiap masalah pasti ada solusinya, begitu
pesannya Sigmund Freud. Akan ada pengaruh psikologis bagi siswa terhadap masalah tersebut. Kita
harus menggagalkan budaya konsumerisme terhadap pelajar . Karena lewat
keserhanaan dan kebersamaan semuanya akan menjadi lebih baik dan bermakna, Umar
H.M. Saleh, S.Pd (ketika rapat dinas ,3 Oktober 2011)
Anda sudah siaga ? kalau sudah
siaga mari kita lebih meningkatkan kesiagaan itu. Yah, Sama persis
dengan siaganya kita, ketika Hama
wereng yang setiap saat menyerang tanaman kita. pada periode-periode tertentu tergantung
siklus , cuaca dan proses pengolahan lahan. Pada musim hujan biasanya wereng sering melakukan aksinya.
Mereka sangat anarkis tanpa pandang bulu. Tanaman siapa bisa jadi “sasaran dan
murkanya” Hama wereng sering menyerang
padi, sedang hama pendidikan menyerang pelaku-pelaku pendidikan. Hama Wereng
menyerang tumbuh-tumbuhan yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Jenis Wereng yang sering menyerang
tanaman adalah Nephottotix virescens dan
Sogatella furcifera; Ensiklopedi Dunia. Wereng yang kita kenal dengan
latinnya Nila Parvata Lugens harus
diberantas dengan semprotan insektisida. Sedang werengnya pendidikan ? .
Hama pendidikan harus disemprot dengan pengawasan melekat dan diberikan pupuk
seminar,Diklat, MGMP dan Workshop. Karena Proses pendidikan identik dengan Gir Sepeda motor,
kalau copot salah satu rantainya, sepeda motornya tidak bisa dioperasikan.
Apalagi kalau sampai copot dua sampai
tiga rantainya, maka tamatlah riwayat sepeda motor tersebut.
Lalu, Apakah mengajar kurang
dari 24 jam pelajaran adalah kategori werengnya pendidikan? Memanipulasi jam
mengajar apakah juga termasuk kategori werengnya pendidikan? Apakah korupsi
waktu termasuk wereng pendidikan ? Siswa yang tidak bermoral apakah termasuk
wereng pendidikan ? Mudah-mudahan kita
bukan dan tidak akan masuk dalam ekosistem tersebut. Ketika awalnya kita melakukan
“kecurangan” hasilnya pun
adalah hasil dari proses yang bernuasa “curang” dan “manipulasi”.
Tapi jangan sampai kita membentuk paguyuban “Curang Bareng”.
Karena jangankan menciptakan dilema, tanpa dilema pun akan ada dilema ; Emha Ainun Najib. Dan
jangan banyak menuntut, kalau tidak ingin dituntut; Jhon F. Kennedy.
Jangan “mengusik” bila
tidak ingin diusik. kalau berani
menyentil, haruslah ksatria menerima sentilan !
Wereng sangat meresahkan dan
menganggu petani-petani, sedangkan hama
pendidikan sangat menganggu dan mencemaskan aktifitas seluruh pelaku pendidikan.
Mengapa sampai ada wereng di dunia
pendidikan kita? Karena tidak sistematisnya
program, tidak maksimalnya kinerja pelaku pendidikan. Karena kedua hal tersebut sangat berperan dalam
pendidikan dan pengajaran seutuhnya.
Bisa kita lihat di lapangan, seperti
seringnya ada perubahan sistem yang di jabarkan. Hendaknya sistem dan
metode yang diprogramkan sudah terukur
dan sesuai dengan kondisi di lapangan.
Sehingga perubahannya tidak menganggu ketika diterapkan. Mengharapkan
output yang oke sementara sistemnya tidak oke, sama halnya bermimpi di siang
bolong. Atau mengharap durian pecah tetapi sialnya durian tersebut busuk dan
berulat. Akibatnya hal-hal yang tidak mesti terjadi kadang terjadi dan tidak
memberikan value yang maksimal di lapangan. Pendidikan dan pembelajaran
dua-duanya harus sama-sama berjalan beriringan, kekompakan kinerja keduanya
menghasilkan SDM yang berkualitas di dunia pendidikan.
Pendidikan kita memang sudah banyak berbenah. Tapi jangan sekali-kali kita menang dan
unggul dalam kuantitas tapi kalah saing
dalam kualitas. Dalam artian banyak lembaga pendidikan tetapi tidak memperhatikan mutunya. Sama
halnya dengan banyak penduduk (over
population boom) tetapi tidak punya daya
saing. Hal ini jelas akan membebani kita semua. Karena merupakan masalah hajat
hidup orang banyak. Dan pendidikan yang
unggul adalah potret kemajuan peradaban
bangsa. Jangan sampai kita mencetak
siswa yang tidak memiliki daya
saing, siswa karbitan, siswa-siswaan, dan siswa yang tidak memiliki motivasi dan tujuan
pendidikan.
Werengnya pendidikan juga
muncul ketika siswa mulai keluar dari
koridor pendidikan. Seperti tindakan
barbarnisme pelajar, siswa-siswaan (siswa Palsu), tidak terkontrol, dan
bukan lagi statusnya sebagai siswa. Memiliki kartu pelajar/siswa tetapi tidak
mencerminkan siswa, memiliki moral tetapi tidak mewakili moral siswa,memiliki
pengaulan tetapi tidak mencerminkan
pergaulan pelajar. Siswa itu
harus memiliki prestasi, dan yang jelas bukan prestasi yang membinasakan dan
menggegerkan dunia pendidikan !
Pemerintah tak henti-hentinya
mensosialisasikan dan mengapresiasi agar Pelaku-pelaku pendidikan harus
memiliki pedagogi (ilmu dan seni
mengajar). Karena pedagogi
menekankan pendidikan dan pengajaran
secara tersusun, menyangkut tujuan, asas, serta metode pengajaran. Pendidikan dan
Pengajaran harus menarik, bersahabat dan memiliki nilai, sehingga tercipta
suasana yang kondusif dan bermoral. Karena pada akhirnya siswa akan
kembali ke masyarakat yang sarat dengan
dinamika. Oleh karena itu siswa juga
harus memiliki pedagogi sosial. Yah, tak
ubahnya Poikilotermik, kemampuan menyesuaikan diri di mana
pun berada pada tumbuhan dan mahluk
hidup. Karena melalui pendidikan kita telah ditempa untuk mampu beradaptasi dengan cuaca,lahan dan
status sosial di masyarakat.
Pendidikan dan pengajaran yang bermoral tidak boleh setengah-setengah
karena, werengnya pendidikan selalu mengintai, menerkam, dan akan membabat
habis kita semua. Dimana-mana wereng pendidikan sudah siap dengan hamanya
yang mematikan, sedikit saja kita lengah, akan musnahlah semua yang telah kita
programkan. Yah, seganas hama wereng,
DBD, dan flu burung. Mudah-mudahan kita
dijauhkan dari hama wereng dan hama pendidikan yang kian mengganas dan tidak
tolerir, dan kita harus selalu bersatu
membasmi wereng-wereng tersebut sampai ke akar-akarnya, amin.
Pemerhati
Pendidikan dan Budaya
Staf pengajar
di SMA Negeri I Bolo