-->

Notification

×

Iklan

Premanisme Masuk Kelas, Guru Harus Waspada..!!!

Monday, October 3, 2011 | Monday, October 03, 2011 WIB | 0 Views Last Updated 2011-10-03T01:56:12Z

Oleh Yuniarti, S.Pd
ari itu, hari dimana  seorang orang-tua murid..., dengan bangganya mem­pertontonkan aksi pemukulan terhadap seorang guru di MTsN-1 Kota Bima oleh anaknya yang merasa menjadi kor­ban...sungguh hari itu, setan-setan, jin-jin, iblis-iblis di muka bumi ini bersorak gembira...tertawa senang...pesta kemenangan ...karena salah satu ajaran Nabi Muhammad SAW,
yaitu menghormati dan menghargai guru sudah di langgar.....guru yang merupakan perpanjangan tangan Tuhan di muka bumi sudah diinjak-injak...tanpa di ingat bahwa semua profesi di dunia ini berkat jasa guru...guru telah dan akan melaksanakan semua usaha untuk membuat siswanya bisa...termasuk “memukul” siswa­nya...bukankah Nabi Muhammad SAW menyu­ruh kita untuk memukul anak anak kita yang tidak sholat  jika sudah berumur 10 tahun ?
Sebagai seorang ayah, mungkin dia tidak sadar bahwa apa yang dilakukannya sungguh di luar batas kemanusiaan, melenceng dari tugas dia sebagai orang tua yang harus menga­jarkan sabar, memberi maaf kepada orang yang bersalah...tidakkah dia tahu apa yang dilaku­kannya itu adalah mengajarkan anaknya sendiri untuk menjadi orang yang tidak tahu mana yang boleh dilakukan dan mana yang  tidak boleh dilakukan ? Dia mengajarkan anaknya..ketika kita dipukul maka harus balas memu­kul...kenapa tidak diajarkan anaknya untuk memberi maaf kepada guru itu seandainya dia memang bersalah ? Sungguh sangat menyedih­kan...Seorang anak...anak SMP...sebuah fase perkembangan manusia yang sedang mencari jati dirinya, dia telah mengisi sebagian memori syaraf anaknya dengan memukul gurunya sendiri karena guru itu telah bersalah memukul dirinya...tapi awas...memori itu akan tinggal kekal dalam kepala...dan akan memberikan respon sama jika ayahnya suatu saat melakukan kesala­han...jangan heran kalau anaknya akan berani memukul ayahnya sendiri.....itukah yang diinginkan terjadi....?.
Kalau memang seperti itu yang diingin­kan...wahai para ayah...para ibu...waspada­lah...sebuah pengajaran sesat telah diperton­tonkan....Para ayah...para ibu...apa yang dilaku­kan oleh orang tua murid ini adalah sebuah degradasi moral yang perlu kita waspadai...kita tidak menginginkan anak-anak kita  yang disuruh...yang diijinkan untuk memukul gurunya sendiri....Seorang anak adalah aset kita, dunia dan akherat..seorang anak ibarat kertas pu­tih...tinggal orang tuanyalah yang memberikan warna...warna yang harus kita torehkan adalah warna menurut syariat...bagaimana kita menda­patkan anak yang sholeh...anak yang men­doakan kita....kalau kita para orang tua, para ayah, para ibu tidak mengajarkan hal-hal baik..?
Para ayah...para ibu....renungkan­lah....seandai­nya guru yang dipukul itu adalah kita..adalah saudara laki-laki kita...adalah paman kita...adalah kakak kita...sedemikian hinakah kita...hingga harus dihukum oleh anak kecil yang  tidak tahu apa-apa didepan siswa kita, didepan teman sejawat, didepan polisi..hanya untuk memuaskan amarah ayahnya?.
Para ayah...para ibu...inginkah kita...anak-anak kita...memukul kita..seandainya suatu saat kita bersalah kepada mereka? seperti yang dipertontonkan orang tua dan anaknya itu? Inginkah kita anak-anak kita membenarkan itu, yang suatu saat nanti mereka juga seperi itu?. Seorang pencuri yang tertangkap..akan dilarang untuk dihakimi sendiri, oleh polisi..tapi pemukulan guru ini justru didepan oknum polisi..ada apa ? sekuat itukah dia..sehingga seorang aparat kepolisianpun tidak sanggup menghalanginya untuk melakukan aksi amoral ini? Apa jabatannya...seberapa banyak kekayaannya....sehingga semua orang yang ada ditempat kejadian seperti tidak berdaya...?   Lalu mana peranmu polisi ? untuk apa berada di situ..untuk mengawal adegan pemukulan itu sukses ? Ironisnya lagi...guru lain terutama kepala sekolah bukannya membela anak buahnya..justru menghukumnya dengan memecatnya menjadi guru...bukankah salah satu fungsi kepala sekolah melindungi anak buahnya dari serangan luar ? Apakah karena dia guru honor ? Lalu guru mana yang tidak pernah menjadi guru honor ?. Seandainya hal seperti ini dari waktu-ke waktu terus berlang­sung...suatu saat tidak akan ada lagi anak-anak kita yang mau menjadi guru..para orang tua akan tidak mengijinkan anaknya menjadi guru...lalu siapa yang akan mengajarkan anak anak kita kebaikan ? mengajarkan anak-anak kita pengetahuan dan tehnologi? Apakah kita para orang tua sanggup mengganti peran seorang guru untuk anak-anak kita ?.
Para ayah..para ibu..cobalah sehari men­jadi guru, cobalah mengurus 40 orang anak  da­lam se­hari..cobalah mengajar 40 anak yang tidak  bisa membaca, yang tidak bisa berhi­tung..yang  tidak bisa matematika, tidak bisa kimia, fisi­ka...Wahai para guru...hari ini...imanmu se­dang dicoba...kesabaranmu sedang di­uji...apa usa­hamu supaya engkau lulus dengan terhormat ? apa tindakanmu agar tidak sem­barang orang berani memukulmu ? Apa yang engkau kerjakan hingga dunia ini berpikir  beta­pa pentingnya engkau...? (Salah satu tanda kiamat...dikurangi jumlah orang alim /pintar/shaleh).
       
        *Penulis: Guru di SMUN-1 Kota Bima
×
Berita Terbaru Update