Kota Bima, Garda Asakota.-
Aksi
solidaritas ribuan guru dalam wadah PGRI Kota Bima belum lama ini, rupanya
tidak berdampak positif untuk meredam aksi kekerasan di dunia pendidikan.
Pasca aksi demo besar-besaran itu, justru catatan kekerasan di sekolah kian
bertambah dan menambah runyam wajah pendidikan kita. Belum hilang aksi pemukulan
guru siswa dan tindakan pembalasan orang-tua murid terhadap guru di MTsN 1 Kota
Bima.
Rabu lalu (12/10), tindakan kekerasan di dunia pendidikan terjadi di SMA
PGRI Kota Bima.
Karena
diduga memukul pelajar siswi, seorang guru, Jaharuddin, balik dihajar oleh
orang-tua murid hingga babak belur. Pelakunya diduga Nurdin, ayah dari siswi di
SMU tersebut, Suryani.
Menurut
informasi yang diperoleh wartawan, guru Jaharudin dihajar lantaran diduga
memukul siswinya saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung pada sekitar
pukul 12.00 Wita Rabu lalu. Suryani yang tidak bisa menerima perlakuan gurunya
itu, langsung mengadukannya kepada ayahnya, hingga terjadilah tindakan
pembalasan dengan kekerasan pula.
Kepala
SMA PGRI Kota Bima, Kaimuddin yang dikonfirmasi wartawan di Mapolres Bima,
membenarkan adanya aksi dugaan pemukulan yang dilakukan orang tua siswi
terhadap gurunya bernama Jaharuddin. Menurut keterangannya, saat pelajaran
Geografi berlangsung, Suryani keluar masuk ruangan tanpa ijin sambil
mendengarkan musik dalam hand phone (HP). Meski ditegur guru agar tidak
keluar masuk dan mematikan Suara musik di HP, namun dia tetap membandel.
“Karena
tidak merespon teguran lisan, Jaharuddin memukul sebagai bentuk mendidik. Namun
beberapa menit kemudian Nurdin (orang tua Suryani,red) bersama satu orang
keluarganya melakukan pemukulan terhadap guru yang bersangkutan di depan teras
sekolah,” ceritanya.
Dijelaskannya
bahwa, membandelnya siswi di sekolah setempat bukan terjadi kali itu saja,
namun sering kali terjadi. Atas dugaan penganiayaan guru oleh orang tua siswi
tersebut, pihaknya sudah melaporkan secara hukum ke Polres Bima Kota. “Guru
yang dipukul juga sudah divisum untuk persiapan pelaporan yang tentunya berdasarkan
kemauan guru dan setelah meminta persetujuan Ketua PGRI Kota Bima, Drs. H.
Sudirman, M.Si,” jelasnya.
Sementara
salah seorang keluarga orang tua siswa yang enggan disebutkan identitasnya
mengaku, dirinya mendatangi SMA PGRI atas permintaan guru bersangkutan saat
memukul Suryani dalam kelas. Saat melakukan pemukulan siswa, guru dimaksud
sambil mengata-ngatai orang tua siswa. “Guru itu mengaku tidak takut dengan
orang tua siswa. Makanya kami naik pitam dan menghajarnya,” akunya jengkel.
Dia
juga akan menempuh jalur hukum atas tindakan guru tersebut dengan alasan guru
telah berbuat sewenang-wenang terhadap siswa. Bahkan dirinya tidak akan
menerima penyelesaian persoalan itu secara kekeluargaan kendati diminta damai,
lantaran guru yang besangkutan telah membawa-bawa nama orang tua siswa di
sekolah. Berdasarkan informasi terakhir yang dihimpun Garda Asakota, kasus yang
sempat menghebohkan itu tidak dilanjutkan proses hukumnya lantaran pihak
sekolah dan guru sepakat untuk menyelesaikan persoalan itu secara damai. Dasar
inilah yang menjadi pegangan Kepolisian untuk tidak memprosesnya lagi. (GA.
212*)