-->

Notification

×

Iklan

Diprotes, Rencana Walikota Bima Bangun Convention Hall

Tuesday, August 16, 2011 | Tuesday, August 16, 2011 WIB | 0 Views Last Updated 2011-08-16T05:38:06Z
Kota Bima, Garda Askota.-
Keinginan Walikota Bima, HM. Qurais H. Abidin, yang merencanakan pembangu¬nan gedung Convention Hall (gedung pertemuan) sekaligus merubah gedung Paruga Na’e yang ada sekarang, menuai tanggapan dari berbagai kalangan termasuk dari budayawan Bima. Husain La Odet, salah satu Budayawan Bima, menilai bila keinginan Paruga Na’e dirubah menjadi sebuah gedung pertemuan demi ingin
menjadikan lahan bisnis, maka ini bisa membuat jarak dan membunuh keinginan masyarakat untuk berekspresi dan akhirnya bisa meciptakan perbedaan status sosial di kalangan masyarakat. Karena diketahui, katanya, Paruga Na’e sudah dite-tapkan sebagai gedung penyam¬butan Festival Keraton 1999-2003, maka¬nya disebut sebagai nggusu waru. “Selain itu pula Paru¬ga Na’e merupakan ruang publik yang dinik¬mati, baik untuk aktivitas warga untuk ber¬olahraga, berekspresi dan bermain,” ujarnya kepada Garda Asakota, Rabu (10 /8)
Menurutnya, Pemerintah Kota Bima juga tidak boleh sembarang membangun. “Mentang-mentang menjadi pejabat lang¬sung ingin membangun semua yang diinginkan tanpa harus didiskusikan dengan tokoh masyarakat, akademisi, tokoh agama, tokoh pemuda maupun elemen mahasiswa. Kalaupun keinginan Pemkot Bima ingin membangun gedung Convention Hall demi peningkatan PAD, sebaiknya dibangun di tempat lain saja,” sarannya.
Pria kelahiran tahun 1975 menambah¬kan, bila pembangunan ini menggunakan anggaran APBD, berarti uang rakyat dipa¬kai untuk kepuasan pemerintah, yang seha¬rusnya pemerintah fokus membantu masya¬rakat, bukan sebaliknya seperti kebijakan Pemkot Bima yang mewajibkan seluruh instansi memiliki Nggoli maupun Sasambo seperti sekang ini. “Ini sama saja dengan pemerintahan yang melakukan perdagangan (kapitalis),” cetusnya. Dia berharap kepada Pemkot Bima dalam hal ini Walikota Bima, agar setiap perencanaan maupun kebijakan pembangu¬nan terlebih dahulu beraudensi dengan unsur masyarakat, agar keinginan masyarakat juga dapat diketahui. “Apa susahnya sih bicara dengan rakyat, apalagi dipilih rakyat,” tandasnya. (GA. 334*)
×
Berita Terbaru Update