-->

Notification

×

Iklan

Polda NTB Identifikasi Ponpes Mirip UBK di Lotim

Tuesday, July 19, 2011 | Tuesday, July 19, 2011 WIB | 0 Views Last Updated 2011-07-19T06:29:03Z
Mataram, Garda Asakota.-
Radikalisme dalam memperjuangkan ideologisasi agama kini mulai meningkat di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Paska penggeledahan yang dilakukan oleh pihak Kepolisian NTB di Pondok Pesantren (Ponpes) Umar Bin Khattab (UBK) Desa Sanolo Kecamatan Bolo, kali ini pihak Kepolisian Daerah (Polda) NTB mengindikasikan adanya Ponpes yang beraliran keras di Lombok Timur. Kapolda NTB, Brigjen. Arif Wahyunadi, melalui Kabid Humas Polda NTB, AKBP. Drs. H. Sukarman Husein, kepada wartawan belum lama ini mengaku telah mengindikasikan adanya Ponpes di Lombok Timur yang beraliran sama dengan Ponpes UBK. “Namun, masih kami rahasiakan identitas Ponpes itu karena masih harus didalami lagi,” cetusnya kepada wartawan belum lama ini.
Pihak Polda NTB, katanya, akan melakukan identifikasi lebih awal untuk menghindari munculnya gerakan radikalisme sebagaimana yang terjadi pada radikalisme jama’ah UBK di Kecamatan Bolo. “Secepatnya akan kita kuak aliran radikal tersebut agar tidak jatuh korban lagi,” ungkapnya.
Sementara itu, sejumlah tokoh masyarakat Bima seperti Pimpinan Ponpes Al-Maliki Kecamatan Woha Kabupaten Bima, Drs. H. Fitrah Malik, meminta pihak Kementerian Agama yang ada di tiap daerah agar jeli dalam melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap keberadaan Ponpes yang ada di setiap daerah.
“Hal ini akibat dari lemahnya sistem pengawasan yang dilakukan oleh pihak Kemenag sendiri dalam memantau dan mengawasi keberadaan Ponpes didaerah. Sehingga bisa terdeteksi mana Ponpes yang beraliran radikal dan mana yang tidak,” cetusnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh salah seorang tokoh masyarakat lainnya seperti H. Hardi Muslim mantan anggota DPRD Kabupaten Bima. Munculnya Ponpes radikal seperti UBK, katanya, akibat dari lengahnya masyarakat dan tidak adanya naluri untuk mengantisipasi akan munculnya gerakan-gerakan radikal seperti yang terjadi di UBK. “Para aparat desa, kecamatan, bahkan Bupati kurang mewaspadai kegiatan atau aktivitas Ponpes tersebut. Baru setelah ada peristiwa yang mencederai dunia pendidikan Islam, menodai agama, juga berdampak pada adanya korban nyawa atau kemanusiaan, semuanya menaruh perhatian besar terhadap aliran-aliran radikal ini. Mestinya sejak dini harus ada langkah-langkah pencegahan yang harus dilakukan,” cetusnya. (GA. 211*)
×
Berita Terbaru Update