Bima, Garda Asakota.-
“Jadi juara lomba desa adalah impian semua kepala desa. Termasuk saya, apalagi desa kami baru dimekarkan empat tahun terakhir,” demikian dikatakan Syafrudin HM. Nur, SH, saat tim penilai lomba desa bertandang ke Desa Sandue Kecamatan Sanggar, Jumat (16/4). Pihaknya sesumbar, meski desa pemekaran baru berusia empat tahun. “Kami berani bersaing dengan desa-desa lain. Jadi pemenang?, siapa takut,” katanya bersemangat.
Menghadapi lomba desa tahun ini, desanya mengandalkan industri rumahan (home industry) berupa pembuatan
batu ulekan (wadu cobe). Masyarakat kami, selain menggantungkan hidup dari tambak ikan, pembuatan wadu cobe adalah usaha rumah tangga yang cukup menjanjikan. “Satu orang satu hari bisa membuat lima buah ulekan. Satu ulekan biasanya dihargai senilai Rp15 ribu. Malah usaha ini satu-satunya di Kecamatan Sanggar. Karena bahan bakunya hanya ada di wilayah Desa Sandue,” paparnya sebagaimana dilansir Kabag Humaspro Pemkab Bima, Drs. Aris Gunawan.
Sementara itu, di tempat terpisah, stabilitas keamanan desa selama dua tahun terakhir yang cukup terkendali, menjadi salah satu aspek yang ditonjolkan desa Waduwani Kecamatan Monta di hadapan tim penilai lomba desa tingkat Kabupaten Bima, Kamis (14/4).
“Tidak ada pertikaian dan konflik antar kampung yang terjadi sepanjan 2009 - 2010, semuanya damai-damai saja,” ungkap Kepala Desa Waduwani.
Kades meyakinkan, bahwa keterlibatan masyarakat cukup tinggi dalam menciptakan rasa aman. “Setiap malam, warga selalu bergiliran ikut ronda. Kami punya tiga buah gardu poskamling yang dibuat secara swadaya. Dan saya yakin bangat kalau Waduwani bisa mengalahkan desa-desa lainnya,” katanya. (GA. 212*)
“Jadi juara lomba desa adalah impian semua kepala desa. Termasuk saya, apalagi desa kami baru dimekarkan empat tahun terakhir,” demikian dikatakan Syafrudin HM. Nur, SH, saat tim penilai lomba desa bertandang ke Desa Sandue Kecamatan Sanggar, Jumat (16/4). Pihaknya sesumbar, meski desa pemekaran baru berusia empat tahun. “Kami berani bersaing dengan desa-desa lain. Jadi pemenang?, siapa takut,” katanya bersemangat.
Menghadapi lomba desa tahun ini, desanya mengandalkan industri rumahan (home industry) berupa pembuatan
batu ulekan (wadu cobe). Masyarakat kami, selain menggantungkan hidup dari tambak ikan, pembuatan wadu cobe adalah usaha rumah tangga yang cukup menjanjikan. “Satu orang satu hari bisa membuat lima buah ulekan. Satu ulekan biasanya dihargai senilai Rp15 ribu. Malah usaha ini satu-satunya di Kecamatan Sanggar. Karena bahan bakunya hanya ada di wilayah Desa Sandue,” paparnya sebagaimana dilansir Kabag Humaspro Pemkab Bima, Drs. Aris Gunawan.
Sementara itu, di tempat terpisah, stabilitas keamanan desa selama dua tahun terakhir yang cukup terkendali, menjadi salah satu aspek yang ditonjolkan desa Waduwani Kecamatan Monta di hadapan tim penilai lomba desa tingkat Kabupaten Bima, Kamis (14/4).
“Tidak ada pertikaian dan konflik antar kampung yang terjadi sepanjan 2009 - 2010, semuanya damai-damai saja,” ungkap Kepala Desa Waduwani.
Kades meyakinkan, bahwa keterlibatan masyarakat cukup tinggi dalam menciptakan rasa aman. “Setiap malam, warga selalu bergiliran ikut ronda. Kami punya tiga buah gardu poskamling yang dibuat secara swadaya. Dan saya yakin bangat kalau Waduwani bisa mengalahkan desa-desa lainnya,” katanya. (GA. 212*)